title : Cassis
Author : chisa
pairing : RukixReita
pg : 17+
Chapter 3 of 3 (end)
Ruki sedang memakai sepatu pagi itu, ia berniat berangkat sekolah meskipun demamnya belum sembuh benar. Ia tidak ingin ketinggalan pelajaran terlalu lama. Lagipula sekarang ada ulangan dari guru yg plg killer satu skula, bahkan gorilla bercula 2 di ujung kulon *spesies baru di ujung kulon* pun kalah killernya ma tu guru, Gackt-sensei. Baru selangkah ia berjalan menuju pintu, wataru menghentikan langkah gontai Ruki.
“Ru, kau mau berangkat skula? Kau yakin sedah sembuh benar?” tanya wataru penuh kekhawatiran pada adik tercintanya itu.
“G pa-pa kak, aku sudah mendingan drpd kemarin kok.” Jawab Ruki.
“aku antar pke mobil ya?”
“g usah kak. Aku jalan kaki aja.”
“ayolah ru, aku cemas padamu.”
“aah,,, baiklah.”
Sampai di depan skula.
“Makasi kak”
“tunggu ru,” cegah wataru, “titip salam bwd reita ya? With Love, ehehe” wataru mencoba bercanda sedikit kpda adiknya, tp mlah membuat wajah ruki terlihat sedikit muram “kak, eehm.. tolong jangan sebut nama itu lg ya?” pinta Ruki.
“hah, knpa? Kau lg ada masalah dengannya?” tanya Wataru dg muka innocent. Ia sebenarnya ingin menceritakan apa yg ia dengar dari reita kemarin. Tapi ia mengurungkan niatnya, lebih baik jika reita sendiri yang menceritakan semuanya pada Ruki, begitu pikirnya.
“tidak, tidak ada apa2 kok. Sudah dulu y kak, bel masuk udah bunyi,” kata Ruki sambil turun dari mobil kakaknya.
“iya, ah, ru!” panggil wataru lagi, ia menurunkan kaca mobilnya agar dapat melihat wajah Ruki.
“ya, apa lg kak?”
“percayalah pada Reita” kata wataru kemudian berlalu dari hadapan ruki yg agak bengong oleh kata2nya barusan.
‘Maaf kak, sepertinya aku tak bisa percaya lg padanya, mungkin…’ batin Ruki saat melangkahkan kakinya dg gontai menuju ke kelasnya.
Ruki melihat keadaan kelas, ‘huf, untung reita belom dateng. Eh, knpa aku harus mikirin dia? Masa bodoh ah.” Ruki menepis reita dr ingatannya. Ruki duduk di bangkunya kemudian mengeluarkan bukunya. Baru sedetik dia membaca bukunya, reita masuk ke kelas dg terengah-engah. Begitu ia melihat ruki, ia lgsg menghampiri Ruki.
“ru, kau sudah, eh, maksudku knpa kau tdk masuk skula kmrn?” tanya reita pura2 tidak tau.
“sakit,” jawab ruki datar dan padangannya tetap tertuju pada bukunya. Ia benar2 tidak ingin berbicara dg reita skrg.
“eh, kau tak apa2? Sudah sembuh?” tanya reita lg.
“Rei! Aku mau belajar! Bisa diam g sih!” bentak Ruki. Seisi kelas memandangi mereka berdua kemudian berbisik-bisik ‘baru marahan tuh, tumben’.
“maaf…” reita kemudian duduk di belakang ruki. Semenit kemudian ia melemparkan secarik kertas di meja ruki. Awalnya Ruki tdk peduli dg kertas itu. Tp karena kertas itu sangat mengganggu pikirannya, mau tak mau ia membacanya.
‘ru, sepulang sekolah ada yg ingin ku bicarakan denganmu, kutunggu di atap sekolah. Sekalipun kau g datang, aku akan terus menunggumu.’
Ruki membuang kertas itu di lacinya dan melanjutkan membaca bukunya.
Pelajaran ke tiga sudah selesai, kepala Ruki tiba2 kembali pusing. Ia mencoba bertahan mengikuti pelajaran selanjutnya. Ia tdk mau ke UKS skrg, ada uruha disana, org ke 2 yg tdk ingin di temuinya selain reita. Tp kepalanya terasa semakin berat, membuat ia semakin tidak kuat menahan rasa sakitnya.
Reita mendekatinya, “ru, kau tak apa-apa? Wajahmu pucat,” tanya Reita.
“aku tak apa-apa! Minggir! Aku mau ke toilet!”
Ruki lalu bangkit dr duduknya, tp keseimbanganny mulai goyah dan ia jatuh ke pelukan reita lagi. Sama seperti kemarin, tp kali ini ruki masi setengah sadar.
“Ru, badanmu masi panas, istirahatlah di uks saja!”
“ngga mau! Minggir aku mau ke toilet…” ruki berusaha bangkit dan berjalan terhuyung-huyung.
Reita langsg menangkap tubuh Ruki dan menggendongnya. “kubawa kau ke UKS meskipun kau menolak berkali-kali. Ruka! Pon! Bilang pada gackt-sensei klo aku nganterin Ruki ke uks!” kata reita pada dua makhluk yg sedang maenan psp di bangku belakang.
“wokeyyy!!” jawab dua makhluk itu.
Ruki hanya pasrah saat digendong reita, ia tak punya tenaga untuk melawannya. Ia melihat reita penuh dg kecemasan di raut wajahnya. Ruki memejamkan matanya berharap ia segera melupakan Reita.
* * *
Ruki membuka matanya perlahan.
“ah, ru, kau sudah sadar? Kata uru kau harus istirahat lebih lama, kau kena anemia” kata reita yg duduk di samping ruki, terus menunggu ruki sadar.
“berapa lama aku tertidur?”
“sekitar 1jam, tidurlah lg, akan kupanggilkan uruha.”
“ngga usah, aku pulang saja,” kata ruki.
“tunggu ru,” cegah reita, “di luar sedang hujan, tetaplah disini, sebentar saja ada yg ingin kucritakan” pinta Reita.
“aku ngga mau dengar critamu!”
“oh, ternyata kau sudah bangun ya ru-chan” uruha tiba2 masuk, ia lgsg bisa membaca situasi antara ruki dan reita, “rei-chan, kau belum crita padanya ya?” ujarnya pada Reita.
Reita geleng2. “dasar lemot kau ini,” kata uruha,”begini ru, sebenerny aku tu g punya hubungan apa2 ma reita kok, aku tu cuma cinta ama aoao, tempo hari dia cuma mau niupin mataku yg kemasukan debu aja” jelas uruha.
“aku ngga mau tau itu, aku mau pulang!” bentak Ruki.
“fyuuh, sepertinya harus pke cara lain, sini reita,” kemudian ia membisikkan sesuatu di kuping reita. Muka Reita menjadi merah. Itu membuat Ruki makin kesal. Ia berjalan menuju ke arah pintu. “eits, kamu ngga bole kluar,” cegah uruha,”kamu luruskan masalahmu dg reita dulu baru bole kluar” kata uruha padanya.
“rei, jangan mpe kotor!” Tiba-tiba ia menutup pintu dan menguncinya dr luar.
“hihihi, dasar anak muda,” uruha tersenyum licik, sepertiny ia merencanakan sesuatu, ”ketempat aoi aja ah” ia berjalan meninggalkan reita dan ruki di dalam ruanganny yg terkunci.
“hey, guru sinting! Keluarkan aku dr sini!” treak ruki sambil menggedor2 pintu.
Sementara reita dg muka masi memerah mencoba menjalankan apa yg uruha bisikan td padanya.
Ia menarik Ruki ke ranjang dan menciumnya. Ruki mendorong tubuh Reita dan melepaskan ciumannya. “rei, apa-apaan kau!”
“ru, apa kau tak mempercayaiku lg?” ruki terdiam.
“memangnya untuk apa selama ini aku mendekati dan memperhatikanmu terus? Itu karena aku suka padamu ruki!” bentak reita.
“tp kau yg selalu membolos ke tempat uru-sensei membuatku kesal tau!” balas Ruki.
“aku ke tempat Uruha untuk curhat soal kamu, eh, kau, kau cemburu?”tanya reita. Ruki membuang muka dan terlihat memerah. Reita lalu memeluk Ruki.
“Ruki, i love you so much, do you love me too?”
Ruki mengangguk pelan. Reita melepas pelukannya dan mencium Ruki. Kali ini ciuman lembut yg Ruki rindukan. Setelah french kiss yg cukup lama, kini ciuman mereka berubah menjadi deep kiss. Lidah Reita mulai bermain di dalam mulut Ruki dan Ruki pun mengikuti permainan lidah reita.
Ruki melepas ciumannya, “rei, kau bisa ketularan sakitku nanti”
“daijobu, nyatany kemarin aku ngga ketularan sakitmu kok waktu nyium kamu” kata Reita.
“ehh, jd kemarin aku ngga mimpi?”
“yang sekarang pun bukan mimpi kok” Reita mencium Ruki lg. Ruki melingkarkan lengannya ke badan Reita. Kemudian Reita membuka kemeja ruki perlahan. Reita mulai menjilati dan membuat beberapa kissmark di tubuh Ruki yang halus. Ruki hanya bisa mendesah menikmati setiap rangsangan yg diberikan oleh Reita. Reita bisa merasakan seluruh suhu badan Ruki, “Ru, kau benar2 demam ya?”
“kau pikir aku demam gara2 siapa hah?”
Kemudian reita mencoba menurunkan retsleting celana Ruki. “rei, jangan, aku malu” wajah ruki terlihat semakin memerah.
“ayolah, ru, ngga akan sakit kok” Reita mencium ruki, kali ini ciuman yg sangat sangat basah . Reita menjilat kuping ruki seraya berbisik, “ruki, aishiteru…” dari kuping ia beralih ke leher Ruki.
“aaah…,” Desahan Ruki membuat reita semakin bernafsu, ia kembali mencium Ruki. Salah satu tangannya masi bercengkrama di celana ruki. Mencari sesuatu yg sangat ia inginkan saat ini.
“eehm,, rei, eehm, jangan” ucap ruki di sela-sela ciumannya.
Reita berhenti mencium ruki setelah menemukan ruki lain yg sudah menegang. Ia mencium ruki lain itu dan menjilatinya perlahan. Memberikan sentuhan lebih lembut padanya. “aaah~…” ruki mendesah. Menikmati setiap jilatan dr Reita. Reita mengeluarkan diriny yg juga sudah menegang, ia mencoba memasukkannya di dalam tubuh Ruki.
“rei, chotto…”
“doushite ru?” reita menghentikan tindakannya dan menatap ruki heran.
“aku, aku takut itu akan sakit sekali”
“aku akan melakukannya selembut mungkin,”
“Tunggu rei, kita masi di skula, aku takut klo Uruha tiba2 masuk lg.”
“Uruha takkan datang hingga 2jam lg.”
“eh, kau tau drmana?”
“waktu dia berbisik pdaku td, ia memperbolehkanku memakai ruangannya,”
“untuk apa?”
“untuk berduaan dg mu dan melakukan ini,” reita tiba-tiba mencium ruki. “hehehe,” reita tersenyum.
“ku masukan ya?” Senyuman Reita membuat ruki tak sanggup untuk menolak ketika reita mencoba memasukkan dirinya perlahan ke dalam diri ruki. Sesaat sebelum memasukkan dirinya, Reita mencium Ruki sekali lagi, “i love you…”
“i love you–, AAAAHHHHHH….” ruki mencapai klimaksnya dg Reita. Suara jeritannya teredam oleh suara hujan yg sangat deras di luar.
*saia sudah tak sanggup lageh*
“Ru, sakit tidak?” tanya reita. Ia berbaring diranjang bersama dg ruki.
“pantatku sedikit sakit…” ucap ruki lirih, ia terlihat kelelahan, “lain kali klo aku sehat, aku yg jd semenya, biar kau jg ikutan merasakannya!”
“eeeehhh,,,???”
*-*-*-*-*-*OWARI*-*-*-*-*-*
nyuuu, X333
akhire slsai jugah...
ni sebenarnya ud selesei bulan kemaren....
tapi ak males bgepost dua tempat...
ekekkekekeke...
ak emang aneh...
XD
3 comments:
uwaaahhh...
masa baru dipost???
bikin fic baru donk!!!!!!
Love Note'a di post jg gih...
wew
great imagination...
apa kisah nyata nie????
tengkyuuuu for reading...^_~
bukan kisah nyata kug...
hanya sekedar imajinasi aja....<333
Post a Comment