Title: Two Dogs and Two Men
Chapters: 1/??
Authors: CHISA
Fandom: J-Rock Visual Kei, the GazettE
Genre: AU, romance, humor as always
Warnings: Yaoi
Rating: PG-15 over all
Pairing: ReitaxRuki (AkiraxTakanori)
Summary: Minggu sore Suzuki Akira biasanya ada di rumah. Duduk di sofanya yang empuk, menonton acara televisi sambil memakan sebungkus keripik kentang kesukaannya. Tapi tidak untuk Minggu sore kali ini. Minggu sore ini ia ada di sebuah taman kota dekat apartemennya untuk mengajak anjing peliharaan milik kakaknya jalan-jalan. Hingga kebiasaannya yang tidak biasa itu mempertemukannya dengan seseorang.
Disclaimer: I DON’T OWN THE GAZETTE. BUT I OWN THE STORYLINE. DO NOT STEAL OR I’LL BASH YOU.
Comments: Jreeng Jreeeng~~~ New fanfic~~~~~~ hahahahahahahaha #KaburSebelumDitagihPenpik-PenpikYangLain
Ah! Koron punya Reita di fanfic ini adalah Koron anjing chihuahua milik Ryon-ryon sensei, guru vokalnya Ruki yang punya anjing chihuahua dan namanya Koron juga~ Tapi bedanya Koron punya Ryon-ryon sensei itu bulunya putih dan cewek~ Enjoy reading~~ (^_^)
***」」」」」」」」 o(~∇~*o)(o*~∇~)o 」」」」」」」」***
“Koron! Jangan berjalan terlalu cepat!” Seorang pemuda berambut pirang mengeluh ketika anjing betina Chihuahua berwarna putih menariknya menuju sebuah taman kota. Meskipun anjingnya itu termasuk tipe anjing yang berbadan terkecil di dunia, tapi kelincahan dan tenaga anjing kecil itu cukup untuk membuat pemuda itu kewalahan.
Sesampainya di dalam taman, pemuda itu berlutut kemudian melepaskan tali yang terkait di kalung anjingnya. Sang anjing dengan patuh diam namun tetap mengibas-ibaskan ekornya. Selesai melepaskan tali di kalung anjingnya, pemuda itu duduk di bangku taman di dekatnya untuk melepas lelahnya hari ini. Tapi belum ada lima detik dia duduk di bangku itu ada sesuatu yang menarik-narik celananya.
“Bermainlah sendiri, Koron! Aku capek mengurusmu seharian,” ucap pemuda itu sambil melepaskan gigitan anjingnya dari celananya. Kemudian mengibaskan tangannya agar anjing di depannya itu bermain sendiri. Anjing putih itu menggonggong dengan ceria kemudian berlalu dari hadapan pemuda itu. Sambil menghela nafas lega pemuda itu kembali duduk dengan santai di bangku taman itu. Menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku itu. Ia mendongakkan kepalanya, menatap langit yang terhalang oleh daun-daun pohon di belakangnya.
Suzuki Akira, nama pemuda itu, tidak biasa berjalan-jalan keluar pada hari Minggu, apalagi sambil membawa anjing. Minggu sore ia biasanya ada di rumah. Duduk di sofanya yang empuk, menonton acara televisi sambil memakan sebungkus keripik kentang kesukaannya. Tapi tidak untuk Minggu sore kali ini. Minggu sore ini ia ada di sebuah taman kota dekat apartemennya untuk mengajak anjing peliharaan milik kakaknya jalan-jalan. Ya, anjing betina Chihuahua berwarna putih yang bernama Koron tadi bukan miliknya. Dua hari yang lalu kakaknya meminta dia untuk menjaga anjing kesayangannya itu karena dia akan ada urusan pekerjaan di kota lain selama seminggu. Atau lebih tepatnya Akira dipaksa untuk menjaga anjing itu. Kalau bukan karena iming-iming oleh-oleh dia tak akan mau menjaga anjing kecil yang sangat hiperaktif itu. Seharian ini dia sudah direpotkan anjing itu. Berlarian kesana kemari di apartemennya. Menjatuhkan barang-barang di meja atau di rak. Tidur di kasurnya. Dan yang paling parah, anjing itu telah mengencingi majalah-majalah pornonya yang ada di bawah kasurnya.
‘Argh! Sungguh merepotkan!’ teriaknya dalam hati sambil menegakkan posisi duduknya. Ia memutuskan untuk mengajak Koron pulang. Tapi ia tidak menemukan sosok anjing putih kecil di sekitarnya. Panik, Akira langsung berdiri, mencari-cari dimana Koron berada. Mampuslah dia kalau sampai Koron hilang, bisa-bisa ia dibunuh oleh kakaknya nanti. Perasaan dia baru duduk di bangku itu selama lima belas menit, tapi anjing kecil itu sudah berlarian entah kemana. Sambil meneriakkan nama Koron, Akira mengelilingi taman kota itu.
Sebuah gogongan kecil di belakangnya membuat Akira langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Berharap itu adalag suara gonggongan milik Koron. Ia mendekati sumber gonggonggan itu sambil tetap meneriakkan nama Koron. “Koron!”
Tapi bukannya seekor anjing Chihuahua berwarna putih yang ia temukan, melainkan seekor anjing Chihuahua berwarna hitam. Ia mengerutkan keningnya, heran dengan apa yang ditemukannya. “Koron?” gumamnya.
Anjing berwarna hitam itu mendekati Akira sambil membawa Frisbee berwarna merah muda kemudian meletakkannya di samping kaki Akira. Ia menggonggong meminta Akira untuk melemparkan Frisbee-nya. Tapi Akira yang tidak tahu maksud anjing berwarna hitam tersebut malah berlutut, menggendong anjing itu kemudian mengamatinya lamat-lamat. Dari muka, bulu dan juga badannya mirip sekali dengan Koron. Yang berbeda hanyalah warnanya saja. Akira makin bingung.
“Koron?” gumamnya sekali lagi. Anjing di depannya menatapnya dengan kedua matanya yang besar. Kemudian menjawab gumaman Akira dengan gonggongan.
“Kau Koron?” tanya Akira pada anjing di depannya, masih tidak percaya bahwa anjing hitam yang digendongnya ini adalah anjing putih milik kakaknya. Lagi-lagi anjing hitam itu menjawab dengan gonggongan. Wajah Akira langsung pucat.
“Ya Tuhan, Koron! Aku bisa dibunuh kakakku kalau dia tahu kau berubah warna jadi hitam,” ucap Akira panik sambil mendekap Koron. Tapi kemudian sebuah ide melintas di pikirannya. “Tenang Koron, aku akan membawamu ke salon dan mengubah warna bulumu menjadi putih lagi,” ucapnya sambil berdiri. Tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, sebuah suara menghentikan langkahnya.
“Hey, kau mau bawa anjingku kemana!”
Akira menoleh. Seorang pemuda bertubuh pendek berambut pirang sama seperti dirinya berlari mendekatinya. Wajahnya menatap Akira dengan jengkel. Akira semakin mengerutkan keningnya. “Anjingmu?” tanyanya pada pemuda itu ketika pemuda itu sudah berada di depannya.
“Iya, anjingku!” jawab pemuda itu kesal. Ia merebut Koron dari gendongan Akira dan langsung mendekapnya dengat penuh posesif. Tak lupa ia mengambil Frisbee yang tergeletak di dekat kaki Akira kemudian meletakkannya di tengah-tengah antara badannya dan badan anjingnya.
“Koron?” Tanya Akira lagi. Masih bingung dengan kedatangan tiba-tiba pemuda di depannya yang langsung merebut anjingnya itu.
“Iya, Koron. Eh, dari mana kau tahu nama anjingku itu Koron?”
“Koron? Anjingmu? Hitam?” Kali ini otak Akira sepertinya mulai bekerja dengan sempurna. Anjing Chihuahua hitam yang didekapnya tadi memang Koron. Tapi itu bukan Koron miliknya. Jenis, muka, badan dan juga bulunya yang lebat memang sama. Tapi itu bukan anjing miliknya. “Ya Tuhan, maafkan aku! Aku salah mengenali anjingku. Maaf!” ucap Akira sambil membungkukkan badannya, meminta maaf pada pemuda di depannya.
“Anjingmu bernama Koron juga?” Tanya pemuda di depan Akira. Wajahnya kini sudah tak lagi jengkel setelah mengetahui ternyata Akira salah mengenali anjingnya.
Akira menggangguk. “Iya, aku sedang mencarinya. Kau melihatnya? Anjing Chihuahua berwarna putih berbulu lebat sama persis seperti anjingmu,” jelasnya.
“Oh, pantas…” Pemuda di depan Akira ikut menganggukkan kepalanya, tampaknya mengerti kenapa Akira menggendong anjingnya. Tapi kemudian ia menatap Akira dengan tampang kaget. ”Eh? Chihuahua? Astaga, kenapa kau sampai kehilangan dia. Chihuahua itu tidak boleh dibiarkan bermain sendirian karena dia bisa saja diserang anjing yang lebih besar dari dia. Ayo, aku bantu mencarinya. Sepertinya tadi aku melihatnya di sekitar sana.” Tiba-tiba pemuda di depan Akira itu memegang tangannya, membuatnya sedikit tersentak dan hampir jatuh saat pemuda itu menariknya berjalan. Pemuda itu menuntunnya menuju ke tempat di mana Koron miliknya sepertinya berada.
Mereka sampai di salah satu sisi taman kota. Tepatnya di dekat area bermain anak-anak. Akira berharap semoga anjing milik kakaknya itu tidak diambil oleh anak kecil yang bermain disana yang kemudian membawanya pulang. Pemuda yang menuntun Akira akhirnya melepaskan tangannya dan menyuruh Akira untuk mengelilingi daerah taman tersebut. Dibantu oleh Koron milik pemuda itu, mereka mencari-cari dimana Koron milik Akira berada.
Tak lama kemudian, saat Akira sedang memeriksa semak-semak di daerah tersebut, pemuda yang ikut membantunya tadi berteriak memanggil dirinya. “Hey! Ini anjingmu bukan?”
Akira menghampiri tempat di mana si pemuda yang memanggilnya berdiri, yang kini terlihat sedang menggendong seekor anjing Chihuahua berwarna putih dan menunjukkannya pada Akira. Dengan bahagia Akira menerima Koron miliknya.
“Terima kasih Tuhan. Lain kali jangan pergi terlalu jauh, Koron!” ucap Akira sambil mendekap Koron kemudian menyentil hidungnya pelan. Anjing Chihuahua putih itu hanya menggonggong. “Kau ini sungguh merepotkan tahu tidak?”
“Hey, itu kan salahmu,” kata pemuda di depan Akira. Akira menatapnya tetapi pemuda di depannya itu sedang tidak menatapnya. Pemuda itu sedang berjongkok dan mengaitkan tali anjing di leher Koron miliknya. “Kalau kau memutuskan untuk memelihara seekor anjing, khususnya yang berbadan kecil seperti Chihuahua, kau harus memperhatikan dia dengan sungguh-sungguh. Karena badan dia kecil, kalau dibiarkan di luar sendirian sangat berbahaya untuknya.”
“Dia bukan peliharaanku.”
Pemuda di depan Akira kini menatap Akira kaget. “Eh? Jadi dia bukan anjingmu? Kalau dia bukan anjingmu kenapa tadi kamu ngaku kalau dia itu anjingmu?” tanyanya bingung.
“Bukan, maksudku… Dia anjingku, tapi bukan aku yang memelihara dia,” jelas Akira. Tetapi tampaknya pemuda di depan Akira itu belum mengerti penjelasan dari Akira. Terlihat dari kedua alis pemuda tersebut yang semakin mengerut.
“Dia peliharaannya kakakku,” jelas Akira lagi.
“Oh, begitu…” Pemuda itu mengangguk-angguk tanda mengerti sambil berdiri dari posisi jongkoknya.
Kali ini gantian Akira yang berjongkok di depan pemuda tersebut, menirukan apa yang dilakukan oleh pemuda tadi. Sambil mengaitkan tali anjingnya, ia bertanya kepada pemuda di depannya itu. “Sepertinya kau tahu banyak tentang anjing ya?”
“Nggak juga sih. Karena aku memelihara jenis Chihuahua, jadi aku harus tahu bagaimana cara merawat dan menjaganya. Etoo… boleh ku tahu namamu?” Tanya pemuda itu. Mereka sudah agak lama mengobrol tapi belum mengetahui nama masing-masing. Sebenarnya tadi saat pemuda itu menemukan Koron milik Akira, ia bingung ingin memanggil Akira dengan sebutan apa.
“Ah!” Akira ikut berdiri kemudian membungkukkan badannya. “Suzuki Akira, yoroshiku onegaishimasu. Maaf, aku lupa memperkenalkan namaku.”
“Tidak apa-apa. Aku juga lupa belum memperkenalkan diri. Namaku Matsumoto Takanori, yoroshiku,” ucap pemuda di depan Akira yang bernama Matsumoto Takanori itu sambil tersenyum dan membungkuk kepada Akira. Akira baru sadar kalau pemuda di depannya ini wajahnya manis saat tersenyum. Rambut pirangnya yang lebih panjang dari Akira juga membuatnya seperti anak perempuan. Sungguh wajah yang terlalu manis untuk seorang anak laki-laki.
“Matsumoto?”
“Ya, kenapa?” tanya Takanori balik.
“Margamu tampak tak asing,” jawab Akira sambil tersenyum.
“Margamu juga, Suzuki-san. Kita berdua memiliki nama marga yang banyak ditemukan di Jepang. Bahkan margamu menjadi merk kendaraan yang sangat terkenal,” timpal Takanori sambil terkekeh pelan. Membuat kedua pipinya yang berisi semakin membulat dan wajahnya menjadi semakin manis.
“Aa, panggil aku Akira saja.”
“Kalau begitu kau bisa memanggilku Takanori.”
“Oke,” ucap Akira sambil tersenyum dan mengangguk. Kemudian ditatapnya kedua anjing Chihuahua yang berada di antara dia dan Takanori berdiri. Koron milik Takanori duduk diam sedangkan Koron miliknya mengendus-endus anjing hitam di depannya. “Sebetulnya aku tak tahu cara merawat seekor anjing Chihuahua atau yang lainnya. Tapi kakakku memaksaku, jadi ya aku harus menjaganya.”
“Etoo, Akira-kun, tadi aku menemukan Koronmu sedang mengobrak-abrik tempat sampah disana. Apa kau sudah memberinya makan?” tanya Takanori. “Dan dia juga agak sedikit bau, kapan terakhir kali dia mandi?”
Akira menepuk dahinya. “Sial, aku lupa belum memberikannya makan siang! Dan terakhir kali dia mandi…” Diam sebentar. Tampak Akira sedang mengingat-ingat kapan Koron mandi. Selama dua hari ini di apartemennya, ia belum pernah memandikan Koron sama sekali. “…aku tak tahu. Ah! Aku juga lupa belum mengambil peralatan dia untuk mandi! Semuanya ada di apartemen milik kakakku. Sementara apartemennya dikunci, bagaimana aku bisa—”
“Kau bisa memandikannya di apartemenku,” potong Takanori.
“Eh? Aku tak mau merepotkanmu.”
“Tak apa. Lagipula Koronku juga belum mandi sejak dua hari yang lalu. Apartemenku dekat kok dari sini, cuma lima menit kalau berjalan kaki,” jelas Takanori.
“Serius?” tanya Akira. Takanori menjawabnya hanya dengan anggukan sambil tersenyum. “Oke kalau begitu, ayo ke apartemenmu.”
***」」」」」」」」 tsuzuku 」」」」」」」」***
A/N: Like always, muse baru selalu menyerang saat akan ujian~ orz *kabur karena besok UAS*
Chapters: 1/??
Authors: CHISA
Fandom: J-Rock Visual Kei, the GazettE
Genre: AU, romance, humor as always
Warnings: Yaoi
Rating: PG-15 over all
Pairing: ReitaxRuki (AkiraxTakanori)
Summary: Minggu sore Suzuki Akira biasanya ada di rumah. Duduk di sofanya yang empuk, menonton acara televisi sambil memakan sebungkus keripik kentang kesukaannya. Tapi tidak untuk Minggu sore kali ini. Minggu sore ini ia ada di sebuah taman kota dekat apartemennya untuk mengajak anjing peliharaan milik kakaknya jalan-jalan. Hingga kebiasaannya yang tidak biasa itu mempertemukannya dengan seseorang.
Disclaimer: I DON’T OWN THE GAZETTE. BUT I OWN THE STORYLINE. DO NOT STEAL OR I’LL BASH YOU.
Comments: Jreeng Jreeeng~~~ New fanfic~~~~~~ hahahahahahahaha #KaburSebelumDitagihPenpik-PenpikYangLain
Ah! Koron punya Reita di fanfic ini adalah Koron anjing chihuahua milik Ryon-ryon sensei, guru vokalnya Ruki yang punya anjing chihuahua dan namanya Koron juga~ Tapi bedanya Koron punya Ryon-ryon sensei itu bulunya putih dan cewek~ Enjoy reading~~ (^_^)
***」」」」」」」」 o(~∇~*o)(o*~∇~)o 」」」」」」」」***
“Koron! Jangan berjalan terlalu cepat!” Seorang pemuda berambut pirang mengeluh ketika anjing betina Chihuahua berwarna putih menariknya menuju sebuah taman kota. Meskipun anjingnya itu termasuk tipe anjing yang berbadan terkecil di dunia, tapi kelincahan dan tenaga anjing kecil itu cukup untuk membuat pemuda itu kewalahan.
Sesampainya di dalam taman, pemuda itu berlutut kemudian melepaskan tali yang terkait di kalung anjingnya. Sang anjing dengan patuh diam namun tetap mengibas-ibaskan ekornya. Selesai melepaskan tali di kalung anjingnya, pemuda itu duduk di bangku taman di dekatnya untuk melepas lelahnya hari ini. Tapi belum ada lima detik dia duduk di bangku itu ada sesuatu yang menarik-narik celananya.
“Bermainlah sendiri, Koron! Aku capek mengurusmu seharian,” ucap pemuda itu sambil melepaskan gigitan anjingnya dari celananya. Kemudian mengibaskan tangannya agar anjing di depannya itu bermain sendiri. Anjing putih itu menggonggong dengan ceria kemudian berlalu dari hadapan pemuda itu. Sambil menghela nafas lega pemuda itu kembali duduk dengan santai di bangku taman itu. Menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku itu. Ia mendongakkan kepalanya, menatap langit yang terhalang oleh daun-daun pohon di belakangnya.
Suzuki Akira, nama pemuda itu, tidak biasa berjalan-jalan keluar pada hari Minggu, apalagi sambil membawa anjing. Minggu sore ia biasanya ada di rumah. Duduk di sofanya yang empuk, menonton acara televisi sambil memakan sebungkus keripik kentang kesukaannya. Tapi tidak untuk Minggu sore kali ini. Minggu sore ini ia ada di sebuah taman kota dekat apartemennya untuk mengajak anjing peliharaan milik kakaknya jalan-jalan. Ya, anjing betina Chihuahua berwarna putih yang bernama Koron tadi bukan miliknya. Dua hari yang lalu kakaknya meminta dia untuk menjaga anjing kesayangannya itu karena dia akan ada urusan pekerjaan di kota lain selama seminggu. Atau lebih tepatnya Akira dipaksa untuk menjaga anjing itu. Kalau bukan karena iming-iming oleh-oleh dia tak akan mau menjaga anjing kecil yang sangat hiperaktif itu. Seharian ini dia sudah direpotkan anjing itu. Berlarian kesana kemari di apartemennya. Menjatuhkan barang-barang di meja atau di rak. Tidur di kasurnya. Dan yang paling parah, anjing itu telah mengencingi majalah-majalah pornonya yang ada di bawah kasurnya.
‘Argh! Sungguh merepotkan!’ teriaknya dalam hati sambil menegakkan posisi duduknya. Ia memutuskan untuk mengajak Koron pulang. Tapi ia tidak menemukan sosok anjing putih kecil di sekitarnya. Panik, Akira langsung berdiri, mencari-cari dimana Koron berada. Mampuslah dia kalau sampai Koron hilang, bisa-bisa ia dibunuh oleh kakaknya nanti. Perasaan dia baru duduk di bangku itu selama lima belas menit, tapi anjing kecil itu sudah berlarian entah kemana. Sambil meneriakkan nama Koron, Akira mengelilingi taman kota itu.
Sebuah gogongan kecil di belakangnya membuat Akira langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Berharap itu adalag suara gonggongan milik Koron. Ia mendekati sumber gonggonggan itu sambil tetap meneriakkan nama Koron. “Koron!”
Tapi bukannya seekor anjing Chihuahua berwarna putih yang ia temukan, melainkan seekor anjing Chihuahua berwarna hitam. Ia mengerutkan keningnya, heran dengan apa yang ditemukannya. “Koron?” gumamnya.
Anjing berwarna hitam itu mendekati Akira sambil membawa Frisbee berwarna merah muda kemudian meletakkannya di samping kaki Akira. Ia menggonggong meminta Akira untuk melemparkan Frisbee-nya. Tapi Akira yang tidak tahu maksud anjing berwarna hitam tersebut malah berlutut, menggendong anjing itu kemudian mengamatinya lamat-lamat. Dari muka, bulu dan juga badannya mirip sekali dengan Koron. Yang berbeda hanyalah warnanya saja. Akira makin bingung.
“Koron?” gumamnya sekali lagi. Anjing di depannya menatapnya dengan kedua matanya yang besar. Kemudian menjawab gumaman Akira dengan gonggongan.
“Kau Koron?” tanya Akira pada anjing di depannya, masih tidak percaya bahwa anjing hitam yang digendongnya ini adalah anjing putih milik kakaknya. Lagi-lagi anjing hitam itu menjawab dengan gonggongan. Wajah Akira langsung pucat.
“Ya Tuhan, Koron! Aku bisa dibunuh kakakku kalau dia tahu kau berubah warna jadi hitam,” ucap Akira panik sambil mendekap Koron. Tapi kemudian sebuah ide melintas di pikirannya. “Tenang Koron, aku akan membawamu ke salon dan mengubah warna bulumu menjadi putih lagi,” ucapnya sambil berdiri. Tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, sebuah suara menghentikan langkahnya.
“Hey, kau mau bawa anjingku kemana!”
Akira menoleh. Seorang pemuda bertubuh pendek berambut pirang sama seperti dirinya berlari mendekatinya. Wajahnya menatap Akira dengan jengkel. Akira semakin mengerutkan keningnya. “Anjingmu?” tanyanya pada pemuda itu ketika pemuda itu sudah berada di depannya.
“Iya, anjingku!” jawab pemuda itu kesal. Ia merebut Koron dari gendongan Akira dan langsung mendekapnya dengat penuh posesif. Tak lupa ia mengambil Frisbee yang tergeletak di dekat kaki Akira kemudian meletakkannya di tengah-tengah antara badannya dan badan anjingnya.
“Koron?” Tanya Akira lagi. Masih bingung dengan kedatangan tiba-tiba pemuda di depannya yang langsung merebut anjingnya itu.
“Iya, Koron. Eh, dari mana kau tahu nama anjingku itu Koron?”
“Koron? Anjingmu? Hitam?” Kali ini otak Akira sepertinya mulai bekerja dengan sempurna. Anjing Chihuahua hitam yang didekapnya tadi memang Koron. Tapi itu bukan Koron miliknya. Jenis, muka, badan dan juga bulunya yang lebat memang sama. Tapi itu bukan anjing miliknya. “Ya Tuhan, maafkan aku! Aku salah mengenali anjingku. Maaf!” ucap Akira sambil membungkukkan badannya, meminta maaf pada pemuda di depannya.
“Anjingmu bernama Koron juga?” Tanya pemuda di depan Akira. Wajahnya kini sudah tak lagi jengkel setelah mengetahui ternyata Akira salah mengenali anjingnya.
Akira menggangguk. “Iya, aku sedang mencarinya. Kau melihatnya? Anjing Chihuahua berwarna putih berbulu lebat sama persis seperti anjingmu,” jelasnya.
“Oh, pantas…” Pemuda di depan Akira ikut menganggukkan kepalanya, tampaknya mengerti kenapa Akira menggendong anjingnya. Tapi kemudian ia menatap Akira dengan tampang kaget. ”Eh? Chihuahua? Astaga, kenapa kau sampai kehilangan dia. Chihuahua itu tidak boleh dibiarkan bermain sendirian karena dia bisa saja diserang anjing yang lebih besar dari dia. Ayo, aku bantu mencarinya. Sepertinya tadi aku melihatnya di sekitar sana.” Tiba-tiba pemuda di depan Akira itu memegang tangannya, membuatnya sedikit tersentak dan hampir jatuh saat pemuda itu menariknya berjalan. Pemuda itu menuntunnya menuju ke tempat di mana Koron miliknya sepertinya berada.
Mereka sampai di salah satu sisi taman kota. Tepatnya di dekat area bermain anak-anak. Akira berharap semoga anjing milik kakaknya itu tidak diambil oleh anak kecil yang bermain disana yang kemudian membawanya pulang. Pemuda yang menuntun Akira akhirnya melepaskan tangannya dan menyuruh Akira untuk mengelilingi daerah taman tersebut. Dibantu oleh Koron milik pemuda itu, mereka mencari-cari dimana Koron milik Akira berada.
Tak lama kemudian, saat Akira sedang memeriksa semak-semak di daerah tersebut, pemuda yang ikut membantunya tadi berteriak memanggil dirinya. “Hey! Ini anjingmu bukan?”
Akira menghampiri tempat di mana si pemuda yang memanggilnya berdiri, yang kini terlihat sedang menggendong seekor anjing Chihuahua berwarna putih dan menunjukkannya pada Akira. Dengan bahagia Akira menerima Koron miliknya.
“Terima kasih Tuhan. Lain kali jangan pergi terlalu jauh, Koron!” ucap Akira sambil mendekap Koron kemudian menyentil hidungnya pelan. Anjing Chihuahua putih itu hanya menggonggong. “Kau ini sungguh merepotkan tahu tidak?”
“Hey, itu kan salahmu,” kata pemuda di depan Akira. Akira menatapnya tetapi pemuda di depannya itu sedang tidak menatapnya. Pemuda itu sedang berjongkok dan mengaitkan tali anjing di leher Koron miliknya. “Kalau kau memutuskan untuk memelihara seekor anjing, khususnya yang berbadan kecil seperti Chihuahua, kau harus memperhatikan dia dengan sungguh-sungguh. Karena badan dia kecil, kalau dibiarkan di luar sendirian sangat berbahaya untuknya.”
“Dia bukan peliharaanku.”
Pemuda di depan Akira kini menatap Akira kaget. “Eh? Jadi dia bukan anjingmu? Kalau dia bukan anjingmu kenapa tadi kamu ngaku kalau dia itu anjingmu?” tanyanya bingung.
“Bukan, maksudku… Dia anjingku, tapi bukan aku yang memelihara dia,” jelas Akira. Tetapi tampaknya pemuda di depan Akira itu belum mengerti penjelasan dari Akira. Terlihat dari kedua alis pemuda tersebut yang semakin mengerut.
“Dia peliharaannya kakakku,” jelas Akira lagi.
“Oh, begitu…” Pemuda itu mengangguk-angguk tanda mengerti sambil berdiri dari posisi jongkoknya.
Kali ini gantian Akira yang berjongkok di depan pemuda tersebut, menirukan apa yang dilakukan oleh pemuda tadi. Sambil mengaitkan tali anjingnya, ia bertanya kepada pemuda di depannya itu. “Sepertinya kau tahu banyak tentang anjing ya?”
“Nggak juga sih. Karena aku memelihara jenis Chihuahua, jadi aku harus tahu bagaimana cara merawat dan menjaganya. Etoo… boleh ku tahu namamu?” Tanya pemuda itu. Mereka sudah agak lama mengobrol tapi belum mengetahui nama masing-masing. Sebenarnya tadi saat pemuda itu menemukan Koron milik Akira, ia bingung ingin memanggil Akira dengan sebutan apa.
“Ah!” Akira ikut berdiri kemudian membungkukkan badannya. “Suzuki Akira, yoroshiku onegaishimasu. Maaf, aku lupa memperkenalkan namaku.”
“Tidak apa-apa. Aku juga lupa belum memperkenalkan diri. Namaku Matsumoto Takanori, yoroshiku,” ucap pemuda di depan Akira yang bernama Matsumoto Takanori itu sambil tersenyum dan membungkuk kepada Akira. Akira baru sadar kalau pemuda di depannya ini wajahnya manis saat tersenyum. Rambut pirangnya yang lebih panjang dari Akira juga membuatnya seperti anak perempuan. Sungguh wajah yang terlalu manis untuk seorang anak laki-laki.
“Matsumoto?”
“Ya, kenapa?” tanya Takanori balik.
“Margamu tampak tak asing,” jawab Akira sambil tersenyum.
“Margamu juga, Suzuki-san. Kita berdua memiliki nama marga yang banyak ditemukan di Jepang. Bahkan margamu menjadi merk kendaraan yang sangat terkenal,” timpal Takanori sambil terkekeh pelan. Membuat kedua pipinya yang berisi semakin membulat dan wajahnya menjadi semakin manis.
“Aa, panggil aku Akira saja.”
“Kalau begitu kau bisa memanggilku Takanori.”
“Oke,” ucap Akira sambil tersenyum dan mengangguk. Kemudian ditatapnya kedua anjing Chihuahua yang berada di antara dia dan Takanori berdiri. Koron milik Takanori duduk diam sedangkan Koron miliknya mengendus-endus anjing hitam di depannya. “Sebetulnya aku tak tahu cara merawat seekor anjing Chihuahua atau yang lainnya. Tapi kakakku memaksaku, jadi ya aku harus menjaganya.”
“Etoo, Akira-kun, tadi aku menemukan Koronmu sedang mengobrak-abrik tempat sampah disana. Apa kau sudah memberinya makan?” tanya Takanori. “Dan dia juga agak sedikit bau, kapan terakhir kali dia mandi?”
Akira menepuk dahinya. “Sial, aku lupa belum memberikannya makan siang! Dan terakhir kali dia mandi…” Diam sebentar. Tampak Akira sedang mengingat-ingat kapan Koron mandi. Selama dua hari ini di apartemennya, ia belum pernah memandikan Koron sama sekali. “…aku tak tahu. Ah! Aku juga lupa belum mengambil peralatan dia untuk mandi! Semuanya ada di apartemen milik kakakku. Sementara apartemennya dikunci, bagaimana aku bisa—”
“Kau bisa memandikannya di apartemenku,” potong Takanori.
“Eh? Aku tak mau merepotkanmu.”
“Tak apa. Lagipula Koronku juga belum mandi sejak dua hari yang lalu. Apartemenku dekat kok dari sini, cuma lima menit kalau berjalan kaki,” jelas Takanori.
“Serius?” tanya Akira. Takanori menjawabnya hanya dengan anggukan sambil tersenyum. “Oke kalau begitu, ayo ke apartemenmu.”
***」」」」」」」」 tsuzuku 」」」」」」」」***
A/N: Like always, muse baru selalu menyerang saat akan ujian~ orz *kabur karena besok UAS*
2 comments:
Waah Koron - koron nya keak kembar XD Ayo kalian buat majikan kalian bersatu! *dzigg*
Lanjut yo ^0^, salam kenal, visit blog-ku juga ;)
Salam kenal juga! (^^)
Makasih juga udah baca en komen!!! :D
Post a Comment