Title: Chocolate
Chapters: One shot
Authors: CHISA
Fandom: J-Rock Visual Kei, the GazettE
Genre: Romance?
Warnings: Yaoi
Rating: PG
Pairing: ReitaxRuki
Summary: “Jadi, apa yang kau lakukan pada cokelat pemberianku?”
Disclaimer: I DON’T OWN THE GAZETTE. BUT I OWN THE STORYLINE. DO NOT STEAL OR I’LL BASH YOU.
Comments: Terinspirasi dari translate-an:
Radio Jack "the GazettE" 2oo8/o1/25
《バレンタインの思い出》
ル「これもさっきのにつながるけど」
麗「つなげんなよ!もうすぐバレンタインってことでね、みんなどんだけもらうのかっていうね。ま、一番ね!まぁれいたくんあたり…」
れ「何がだよ!」
麗「事務所ん中でこうバレンタインもらった量で事務所の中でトップをとった」
れ「それ4年ぐらい前だろ?過去の栄光もいいところだよ!あれからね…今なんて自分で買いに行く」
ル「そん中の1個俺だからね、あ」 れ「ちょっと事故った(笑)」
[Memories of Valentine’s Day]
Ruki: But it’s related to the previous topic.
Uruha: It’s not related! Valentine’s coming up soon, so everyone’s going to receive a whole bunch of things. Well, first up! Well, directing this at Reita-kun…
Reita: What (are you directing)?!
Uruha: At Valentine’s you’ve got the top position of the-most-received-gifts, in the office. [he meant PSC?..]
Reita: Wasn’t that about 4 years ago? Such glory was a thing of the past! Now… I just buy things for myself.
Ruki: One of those in your pile was from me, by the way.
Reita: Oops, I’ve caused a bit of an accident. (laugh)
Full translation here: http://hypocrite26.livejournal.com/161009.html
***」」」」」」」」 o(~∇~*o)(o*~∇~)o 」」」」」」」」***
Para member The GazettE satu per satu memasuki van kecil berwarna silver yang terparkir di belakang sebuah gedung berlantai 3. Mereka baru saja menyelesaikan siaran radio jack malam itu. Seperti biasa, Reita dan Ruki mengambil tempat duduk paling belakang. Aoi dan Uruha di tengah, sedangkan Kai dan Sakai, manajer mereka, duduk paling depan. Setelah mereka sudah memasang seat belt, van mulai berjalan keluar dari tempat parkir dan bergabung di hiruk pikuk jalanan kota Tokyo yang lumayan ramai malam itu.
Seiring dengan berjalannya mobil silver itu untuk mengembalikan mereka ke apartemen mereka masing-masing, keadaan di dalam van kecil itu cukup ramai. Sebuah lagu mellow dari radio didalam van terdengar mengalun di dalam van itu. Tidak terlalu keras, tapi suaranya cukup terdengar dari belakang. Tampak Kai dan Sakai mengobrolkan sesuatu yang tampaknya menarik. Beberapa kali mereka tertawa. Aoi, yang apartemennya paling jauh, memutuskan untuk tidur, sedangkan Uruha menyumpal kupingnya dengan earphone sambil bergumam mengikuti lirik lagu yang ia dengarkan di iPod-nya. Ruki melirik Reita yang duduk di sampingnya, yang sedang sibuk berkutat dengan telepon genggamnya. Sebuah helaan keluar dari mulut pria kecil berparas tampan itu.
“Jadi, apa yang kau lakukan pada cokelat pemberianku?” Tanya Ruki kepada Reita dengan suara yang pelan agar hanya mereka yang mendengar. Pemuda di sampingnya menoleh ke arahnya dan menatapnya heran.
“Huh?”
Ruki menghela nafas kecil lagi. Sambil melipat kedua tangannya di dadanya, ia bertanya sekali lagi pada pria berambut pirang yang kali ini ia tatap dengan tajam, “Apa yang kau lakukan dengan cokelat pemberianku?”
“Cokelat?”
“Cokelat valentine empat tahun yang lalu, bodoh!” Ruki agak meninggikan suaranya. Tapi tidak membuat teman-teman di depannya menoleh ke arah mereka.
“Oh, itu…” Reita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ditatap Ruki dengan penuh intens begini membuatnya cukup salah tingkah. “Beberapa aku makan, sisanya aku berikan kepada Aika-chan.”
“Cokelat pemberianku?”
“Yang mana?”
“Yang bungkusnya warna emas dengan pita cokelat. Godiva. ”
“Err… Sepertinya aku berikan pada Aika-chan.”
Ruki menepuk jidatnya. Kembali ia menatap Reita tajam, kali ini disertai tatapan kesal. “Baka!”
Setelah mengucapkan kata itu Ruki berbalik memunggungi Reita dan menatap keluar jendela. Ia kesal pada Reita. Bagaimana tidak, cokelat pemberiannya malah diberikan kepada keponakannya. Pantas saja empat tahun menunggu tidak ada respon sama sekali dari Reita. Sebenarnya ada note yang ia selipkan di dalam kotak berisi cokelatnya waktu itu. Lebih tepatnya ia tempelkan di atas langit-langit tutup bungkusnya. Sebuah note yang bertuliskan kanji “好き” dan namanya. Mungkin note itu tidak ditemukan oleh Aika-chan. Atau mungkin note itu dibuang oleh Aika-chan yang belum bisa membaca karena saat itu umurnya masih 5 tahun. Mungkin Aika-chan menyangka bahwa note itu adalah tulisan nama si pemberi belaka dan karena tidak penting, lalu membuangnya. Ruki jadi geram sendiri memikirkannya.
Mobil van yang mereka tumpangi memperlambat lajunya dan berhenti tepat di depan sebuah apartemen. Ruki mengamati Uruha kembali memakai jaket tebalnya kemudian membuka pintu mobil dan keluar setelah mengucapkan ‘sampai ketemu besok, guys!’. Setelah Uruha masuk ke gedung apartemennya, mobil mulai bergerak kembali. Ruki masih memandangi keadaan di luar jendela. Reita yang merasa bersalah mencoba untuk berbicara sekali lagi dengan pria kecil di sampingnya itu.
“Ru-chan…” sebuah panggilan tidak membuatnyaRuki menoleh kepada Reita.
“Hhh…” kali ini Reita yang menghela nafas. “Kamu marah?”
Kali ini Ruki menoleh. Masih memasang tampang kesal. “Coba pikirkan, cokelat yang kau berikan kepada orang yang special bagimu tapi malah diberikan kepada orang lain sama orang itu, apa kau tidak marah?!”
“Maaf…”
“Ish, baka!”
“Sebenarnya aku tidak tahu mana cokelat pemberianmu. Kupikir itu pemberian dari staff atau fans. Jadi ya aku berikan kepada Aika-chan. Maaf…” jelas Reita, berharap dengan menjelaskan alasannya marah Ruki jadi sedikit mereda.
“Aku nulis namaku kok.”
“Dimana?”
“Di dalam box, bersama cokelat itu.”
“Mana kutahu, idiot.”
“Kau juga, bodoh! Kenapa kau tidak membuka cokelat pemberianku?”
“Sudah kubilang kan, mana kutahu dari tumpukan cokelat-cokelat dari staff ama fans itu ada cokelat darimu. Kalo aku tahu ada cokelat darimu pasti akan kusimpan sampai sekarang.”
“Ah, sudahlah! Tidak usah dibahas lagi, kesal aku memikirkannya.” Ruki kembali memunggungi Reita. Sambil menopang dagunya, ia kembali menatap hujan salju di luar.
“Ngomong-ngomong Ruki, kau memberikan aku giri-choco atau honmei-choco atau… tomo-choco?” tanya Reita, masih berusaha meredamkan amarah Ruki dengan mengajaknya mengobrol.
“Tebak sendiri,” jawab Ruki malas.
“Hmm.. Giri-choco?”
Ruki memandangi Reita dengan pandangan tidak percaya. “Kau tidak memperhatikan aku tadi ngomong apa?”
“Eh? Emangnya apa?” Tanya Reita balik, bingung.
Ruki memijit-mijit jidatnya. Ia tidak abis pikir kenapa pria di sampingnya ini benar-benar bodoh. Dan yang paling menjengkelkan, kenapa ia bisa sampai jatuh hati kepadanya. “Hahh.. Reita, kadang aku berpikir, kenapa ya aku bisa jatuh cinta ama orang bodoh.”
“Siapa?”
“Ish!! Lupakan! Sebentar lagi sampai di apartemenku, aku mau siap-siap turun!” ucap Ruki dengan nada kesal. Dengan jengkel, ia memakai jaket tebal dan topinya.
“Ruki…” panggil Reita lagi. Kali ini sambil memegangi tangan Ruki yang sedang berkutat dengan kancing jaketnya.
“Apa sih Rei?!” Ruki berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Reita. Ruki hendak mengomel lagi kepada Reita namun terhenti ketika tiba-tiba ia ditarik dan merasakan sesuatu yang basah dan hangat menempel di pipinya. Ia memandangi Reita dengan penuh kaget. Bagaimana tidak, wajah Reita kali ini sangatlah dekat dengan dirinya. Sedetik setelah Reita agak menjauh darinya ia baru sadar bahwa baru saja Reita mencium pipinya. Meskipun sebentar, namun sukses membuat Ruki berwajah merah padam layaknya kepiting rebus.
“Valentine day bulan depan, berikan aku cokelat lagi ya,” ucap Reita sambil tersenyum ke arahnya. Ruki, yang masih terkejut, memandangi Reita dengan kesal. Namun setelahnya, seringai kecil terpasang di bibirnya.
“Kau ingat gelang silver yang ingin aku beli pas kita shopping di Rugged Market kemarin?” Tanya Ruki. Reita mengangguk mantap.
“Belikan aku gelang itu, akan kuberi kau cokelat bulan depan. Nah, good night, Rei-chan. See you tomorrow, ne?” ucap Ruki yang masih menyeringai sambil memakai tasnya dan bersiap untuk turun. Ruki beranjak turun dari mobil ketika mobil van silver itu tepat menghentikan lajunya di depan gedung apartemen miliknya. Setelah mengucapkan salam ke Kai danSakai, Ruki memasuki gedung apartemennya. Sebuah senyuman masih setia menghiasi wajah manisnya.
Reita pun masih tersenyum-senyum sendiri memandangi ke arah luar jendela. Tepatnya ke sosok Ruki yang memasuki gedung apartemennya. Ia senang Ruki tidak kesal lagi kepadanya. Terlebih lagi ia tidak usah membeli cokelat sendiri besok pas valentine. Cukup dengan membelikan Ruki gelang, ia dapat cokelat valentine darinya. ‘Ah, kalau cuma membelikan gelang sih kecil’ batin Reita. Ia bersender di jok mobil sambil masih tersenyum. Namun tiba-tiba, ia tersentak dan matanya terbelalak kaget. Gelang yang diinginkan Ruki itu kan… Harganya 830.000 yen!!!!!!!
Mampus kau, Reita.
***」」」」」」」」 OWARI 」」」」」」」」***
A/N: Eke suka membully Itong~ XDDDDD
Untuk referensi gelang apa itu yang dipingini ama Ruki, bisa cek disini > http://global.rakuten.com/en/store/rugged-market/item/sabrt8175/
Dan tentu aja ini cuma fiktif~ jangan percaya Ruki beneran pengen gelang itu XDDD
Chapters: One shot
Authors: CHISA
Fandom: J-Rock Visual Kei, the GazettE
Genre: Romance?
Warnings: Yaoi
Rating: PG
Pairing: ReitaxRuki
Summary: “Jadi, apa yang kau lakukan pada cokelat pemberianku?”
Disclaimer: I DON’T OWN THE GAZETTE. BUT I OWN THE STORYLINE. DO NOT STEAL OR I’LL BASH YOU.
Comments: Terinspirasi dari translate-an:
Radio Jack "the GazettE" 2oo8/o1/25
《バレンタインの思い出》
ル「これもさっきのにつながるけど」
麗「つなげんなよ!もうすぐバレンタインってことでね、みんなどんだけもらうのかっていうね。ま、一番ね!まぁれいたくんあたり…」
れ「何がだよ!」
麗「事務所ん中でこうバレンタインもらった量で事務所の中でトップをとった」
れ「それ4年ぐらい前だろ?過去の栄光もいいところだよ!あれからね…今なんて自分で買いに行く」
ル「そん中の1個俺だからね、あ」 れ「ちょっと事故った(笑)」
[Memories of Valentine’s Day]
Ruki: But it’s related to the previous topic.
Uruha: It’s not related! Valentine’s coming up soon, so everyone’s going to receive a whole bunch of things. Well, first up! Well, directing this at Reita-kun…
Reita: What (are you directing)?!
Uruha: At Valentine’s you’ve got the top position of the-most-received-gifts, in the office. [he meant PSC?..]
Reita: Wasn’t that about 4 years ago? Such glory was a thing of the past! Now… I just buy things for myself.
Ruki: One of those in your pile was from me, by the way.
Reita: Oops, I’ve caused a bit of an accident. (laugh)
Full translation here: http://hypocrite26.livejournal.com/161009.html
***」」」」」」」」 o(~∇~*o)(o*~∇~)o 」」」」」」」」***
Para member The GazettE satu per satu memasuki van kecil berwarna silver yang terparkir di belakang sebuah gedung berlantai 3. Mereka baru saja menyelesaikan siaran radio jack malam itu. Seperti biasa, Reita dan Ruki mengambil tempat duduk paling belakang. Aoi dan Uruha di tengah, sedangkan Kai dan Sakai, manajer mereka, duduk paling depan. Setelah mereka sudah memasang seat belt, van mulai berjalan keluar dari tempat parkir dan bergabung di hiruk pikuk jalanan kota Tokyo yang lumayan ramai malam itu.
Seiring dengan berjalannya mobil silver itu untuk mengembalikan mereka ke apartemen mereka masing-masing, keadaan di dalam van kecil itu cukup ramai. Sebuah lagu mellow dari radio didalam van terdengar mengalun di dalam van itu. Tidak terlalu keras, tapi suaranya cukup terdengar dari belakang. Tampak Kai dan Sakai mengobrolkan sesuatu yang tampaknya menarik. Beberapa kali mereka tertawa. Aoi, yang apartemennya paling jauh, memutuskan untuk tidur, sedangkan Uruha menyumpal kupingnya dengan earphone sambil bergumam mengikuti lirik lagu yang ia dengarkan di iPod-nya. Ruki melirik Reita yang duduk di sampingnya, yang sedang sibuk berkutat dengan telepon genggamnya. Sebuah helaan keluar dari mulut pria kecil berparas tampan itu.
“Jadi, apa yang kau lakukan pada cokelat pemberianku?” Tanya Ruki kepada Reita dengan suara yang pelan agar hanya mereka yang mendengar. Pemuda di sampingnya menoleh ke arahnya dan menatapnya heran.
“Huh?”
Ruki menghela nafas kecil lagi. Sambil melipat kedua tangannya di dadanya, ia bertanya sekali lagi pada pria berambut pirang yang kali ini ia tatap dengan tajam, “Apa yang kau lakukan dengan cokelat pemberianku?”
“Cokelat?”
“Cokelat valentine empat tahun yang lalu, bodoh!” Ruki agak meninggikan suaranya. Tapi tidak membuat teman-teman di depannya menoleh ke arah mereka.
“Oh, itu…” Reita menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ditatap Ruki dengan penuh intens begini membuatnya cukup salah tingkah. “Beberapa aku makan, sisanya aku berikan kepada Aika-chan.”
“Cokelat pemberianku?”
“Yang mana?”
“Yang bungkusnya warna emas dengan pita cokelat. Godiva. ”
“Err… Sepertinya aku berikan pada Aika-chan.”
Ruki menepuk jidatnya. Kembali ia menatap Reita tajam, kali ini disertai tatapan kesal. “Baka!”
Setelah mengucapkan kata itu Ruki berbalik memunggungi Reita dan menatap keluar jendela. Ia kesal pada Reita. Bagaimana tidak, cokelat pemberiannya malah diberikan kepada keponakannya. Pantas saja empat tahun menunggu tidak ada respon sama sekali dari Reita. Sebenarnya ada note yang ia selipkan di dalam kotak berisi cokelatnya waktu itu. Lebih tepatnya ia tempelkan di atas langit-langit tutup bungkusnya. Sebuah note yang bertuliskan kanji “好き” dan namanya. Mungkin note itu tidak ditemukan oleh Aika-chan. Atau mungkin note itu dibuang oleh Aika-chan yang belum bisa membaca karena saat itu umurnya masih 5 tahun. Mungkin Aika-chan menyangka bahwa note itu adalah tulisan nama si pemberi belaka dan karena tidak penting, lalu membuangnya. Ruki jadi geram sendiri memikirkannya.
Mobil van yang mereka tumpangi memperlambat lajunya dan berhenti tepat di depan sebuah apartemen. Ruki mengamati Uruha kembali memakai jaket tebalnya kemudian membuka pintu mobil dan keluar setelah mengucapkan ‘sampai ketemu besok, guys!’. Setelah Uruha masuk ke gedung apartemennya, mobil mulai bergerak kembali. Ruki masih memandangi keadaan di luar jendela. Reita yang merasa bersalah mencoba untuk berbicara sekali lagi dengan pria kecil di sampingnya itu.
“Ru-chan…” sebuah panggilan tidak membuatnyaRuki menoleh kepada Reita.
“Hhh…” kali ini Reita yang menghela nafas. “Kamu marah?”
Kali ini Ruki menoleh. Masih memasang tampang kesal. “Coba pikirkan, cokelat yang kau berikan kepada orang yang special bagimu tapi malah diberikan kepada orang lain sama orang itu, apa kau tidak marah?!”
“Maaf…”
“Ish, baka!”
“Sebenarnya aku tidak tahu mana cokelat pemberianmu. Kupikir itu pemberian dari staff atau fans. Jadi ya aku berikan kepada Aika-chan. Maaf…” jelas Reita, berharap dengan menjelaskan alasannya marah Ruki jadi sedikit mereda.
“Aku nulis namaku kok.”
“Dimana?”
“Di dalam box, bersama cokelat itu.”
“Mana kutahu, idiot.”
“Kau juga, bodoh! Kenapa kau tidak membuka cokelat pemberianku?”
“Sudah kubilang kan, mana kutahu dari tumpukan cokelat-cokelat dari staff ama fans itu ada cokelat darimu. Kalo aku tahu ada cokelat darimu pasti akan kusimpan sampai sekarang.”
“Ah, sudahlah! Tidak usah dibahas lagi, kesal aku memikirkannya.” Ruki kembali memunggungi Reita. Sambil menopang dagunya, ia kembali menatap hujan salju di luar.
“Ngomong-ngomong Ruki, kau memberikan aku giri-choco atau honmei-choco atau… tomo-choco?” tanya Reita, masih berusaha meredamkan amarah Ruki dengan mengajaknya mengobrol.
“Tebak sendiri,” jawab Ruki malas.
“Hmm.. Giri-choco?”
Ruki memandangi Reita dengan pandangan tidak percaya. “Kau tidak memperhatikan aku tadi ngomong apa?”
“Eh? Emangnya apa?” Tanya Reita balik, bingung.
Ruki memijit-mijit jidatnya. Ia tidak abis pikir kenapa pria di sampingnya ini benar-benar bodoh. Dan yang paling menjengkelkan, kenapa ia bisa sampai jatuh hati kepadanya. “Hahh.. Reita, kadang aku berpikir, kenapa ya aku bisa jatuh cinta ama orang bodoh.”
“Siapa?”
“Ish!! Lupakan! Sebentar lagi sampai di apartemenku, aku mau siap-siap turun!” ucap Ruki dengan nada kesal. Dengan jengkel, ia memakai jaket tebal dan topinya.
“Ruki…” panggil Reita lagi. Kali ini sambil memegangi tangan Ruki yang sedang berkutat dengan kancing jaketnya.
“Apa sih Rei?!” Ruki berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Reita. Ruki hendak mengomel lagi kepada Reita namun terhenti ketika tiba-tiba ia ditarik dan merasakan sesuatu yang basah dan hangat menempel di pipinya. Ia memandangi Reita dengan penuh kaget. Bagaimana tidak, wajah Reita kali ini sangatlah dekat dengan dirinya. Sedetik setelah Reita agak menjauh darinya ia baru sadar bahwa baru saja Reita mencium pipinya. Meskipun sebentar, namun sukses membuat Ruki berwajah merah padam layaknya kepiting rebus.
“Valentine day bulan depan, berikan aku cokelat lagi ya,” ucap Reita sambil tersenyum ke arahnya. Ruki, yang masih terkejut, memandangi Reita dengan kesal. Namun setelahnya, seringai kecil terpasang di bibirnya.
“Kau ingat gelang silver yang ingin aku beli pas kita shopping di Rugged Market kemarin?” Tanya Ruki. Reita mengangguk mantap.
“Belikan aku gelang itu, akan kuberi kau cokelat bulan depan. Nah, good night, Rei-chan. See you tomorrow, ne?” ucap Ruki yang masih menyeringai sambil memakai tasnya dan bersiap untuk turun. Ruki beranjak turun dari mobil ketika mobil van silver itu tepat menghentikan lajunya di depan gedung apartemen miliknya. Setelah mengucapkan salam ke Kai danSakai, Ruki memasuki gedung apartemennya. Sebuah senyuman masih setia menghiasi wajah manisnya.
Reita pun masih tersenyum-senyum sendiri memandangi ke arah luar jendela. Tepatnya ke sosok Ruki yang memasuki gedung apartemennya. Ia senang Ruki tidak kesal lagi kepadanya. Terlebih lagi ia tidak usah membeli cokelat sendiri besok pas valentine. Cukup dengan membelikan Ruki gelang, ia dapat cokelat valentine darinya. ‘Ah, kalau cuma membelikan gelang sih kecil’ batin Reita. Ia bersender di jok mobil sambil masih tersenyum. Namun tiba-tiba, ia tersentak dan matanya terbelalak kaget. Gelang yang diinginkan Ruki itu kan… Harganya 830.000 yen!!!!!!!
Mampus kau, Reita.
***」」」」」」」」 OWARI 」」」」」」」」***
A/N: Eke suka membully Itong~ XDDDDD
Untuk referensi gelang apa itu yang dipingini ama Ruki, bisa cek disini > http://global.rakuten.com/en/store/rugged-market/item/sabrt8175/
Dan tentu aja ini cuma fiktif~ jangan percaya Ruki beneran pengen gelang itu XDDD
No comments:
Post a Comment