Chapters: Oneshot
Authors: Meh~
Finished: 18 May 2011
Genre: Romance, crack
Warnings: Yaoi, slightly smut in Indonesian, slightly BDSM
Rating: R
Pairing: ReitaxRuki, ReitaxMr.Hand, ReitaxKoron,
Summary: Reita lagi galau. Pas balik dari studio, perjaka ganteng yang umurnya hampirnya 30 tahun ini nggak sengaja ngeliat pasangan lagi ‘making out’ hot banget di depannya. Dia bener-bener kepikiran sampai nggak bisa tidur. Seseorang harus menolongnya!
Disclaimer: Daddy Reirei belongs to mommy Ruki.
Comments: Wakakakak ngasih judulnya ga niat LOL~ Pairingnya jugak~ *maap Rei* Terinspirasi oleh entry blognya Reita yang bego. Dan versi yang smut udah dibikin ama mbak Kei~ silahkan tengok ke fbnya kalau mau baca~ Ini versi bodohnya wkwkwk.
Repost from Livejournal. Enjoy! (・ω・)/
」」」」」」」」」」」」」」」」
Reita merebahkan dirinya di atas kasur empuknya dan menatap langit-langit kamarnya. Laptop hitam di sebelahnya masih menyala, menampilkan sebuah halaman web dan memutar sebuah lagu bergenre rock dengan volume sedang. Sudah lewat tengah malam, tapi dirinya tidak bisa tidur juga. Dia masih kepikiran dengan kejadian yang menimpanya tadi sore saat pulang dari studio.
Berawal ketika dia pulang dari studio mengendarai motor hitam gede kesayangannya. Sore itu lalu lintas di Tokyo lumayan sepi. Tapi hawa sore itu sudah agak dingin, jadi dia nggak mau ngebut-ngebut. Takut masuk angin terus dimarahin ama semua member band-nya. Dia memutuskan untuk mengekor di belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam. Saat berhenti di lampu merah, Reita iseng-iseng memperhatikan mobil di depannya. Nggak ada kerjaan sih, lagian lampu merahnya masih lama. Mobil sedan di depannya itu memiliki kaca yang agak transparan, jadi Reita bisa liat lumayan jelas apa aja yang di dalam mobil itu.
Mata Reita menangkap sebuah bayangan yang bergerak dari arah kursi penumpang. Sebuah tangan meraih kepala si pengemudi, menariknya mendekati si pemilik tangan. Si pemilik tangan juga mendekatkan kepalanya ke pengemudi itu. Tak disangkanya, ternyata pemilik tangan itu adalah seorang laki-laki! Begitu pula dengan si pengemudi. Reita tambah kaget ketika sedetik kemudian mereka berciuman dengan mesra, sangat mesra di depannya. Reita jadi salting sendiri ngeliatnya. Padahal bukan dia yang ciuman, tapi malah dia yang merasa deg-degan dan malu. Untung aja dia pakai helm balap yang nutupin semua mukanya.
‘Sial, masih lama lagi lampu merahnya’ umpat Reita dalem hati saat memperhatikan lalu lintas di depannya. Mau nggak mau Reita ‘dipaksa’ nonton adegan hot didepan itu. Dan kali ini mereka mulai main pake lidah. Reita menelan ludah melihatnya. Jujur, dalam hati yang terdalam sebenarnya dia kepengen. Kepengen bisa mesra-mesraan kayak gitu di publik. Tapi tahu sendiri kan, dia itu artis, public figure, banyak paparazzi disana-sini. Bakal heboh dunia per-viskei-an kalau tahu bassistnya the GazettE melakukan hal-hal yang tidak senonoh seperti itu di publik. Ditambah dia ngelakuin itu ama vokalisnya. Apa kata dunia!? Pastinya bakal ada pro-kontra disana-sini. Bikin tambah padet jadwal mereka karena dikejar-kejar wartawan disana-sini. The GazettE terancam bubar. Dan yang paling parah, dia bisa diputusin ama Ruki. Reita nggak mau hal itu terjadi. Tapi kejadian di depannya itu bener-bener bikin kepengen! Reita sampai menggigit selampe pink, eh, bibir bawahnya saking kepengennya.
Reita menghela nafas lega saat akhirnya lampu merah berubah menjadi hijau. Pasangan di depannya buru-buru memisahkan diri dan si pengemudi mulai menjalankan mobilnya. Reita tidak menyangka kalau ternyata mereka bakal searah. Di lampu merah berikutnya, Reita kembali menghentikan motor gedenya di belakang sedan hitam itu dan kejadian beberapa menit yang lalu di lampu merah sebelumnya kembali terulang. Kali ini dua-duanya langsung saling melahap satu sama yang lain begitu mobil sedan itu berhenti. Reita memperhatikan tangan kanan pengemudi meraih paha si penumpang. Entah apa yang dilakukan tangan tersebut karena tertutup oleh kursi penumpang. Yang jelas, itu membuat si penumpang tiba-tiba melepaskan ciumannya dan ekspesi wajahnya terlihat jelas sedang menikmati ‘sesuatu’. Si pengemudi turun menciumi leher si penumpang dengan penuh nafsu. Reita terus-terusan mengumpat di dalam hatinya. Ia kembali menelan ludah melihat kejadian di depannya. Ia merasa celananya jadi sempit gara-gara tontonan gratis di depannya. Lampu sudah berubah dari merah menjadi hijau, Reita berharap ia tidak lagi searah dengan mobil sedan hitam itu.
Tapi dasar sial (atau malah beruntung?), lagi-lagi Reita berhenti di belakang mobil sedan itu. Niatnya sih tadi dia mau mengebut dan menyelip mobil sedan itu, tapi mobil sedan itu mengebut lebih dulu. Reita sempat kehilangan mobil itu dan bersyukur, tapi syukurnya itu ternyata tidak lama. Saat di lampu merah, lagi-lagi dia terjebak di belakang mobil sedan itu dan kembali menonton adegan hot di dalam mobil itu. Reita mau nangis rasanya meratapi nasibnya yang sial (atau beruntung) sore itu.
Akhirnya, setelah tiga kali berada di lampu merah yang sama dengan mobil sedan warna hitam, mobil itu belok ke kanan, sedangkan Reita lurus. Dan beruntung apartemennya sudah dekat. Ia sudah tidak tahan dengan celananya yang semakin menyempit terutama di bagian selakangannya. Begitu sampai apartemennya, Reita langsung menuju kamar mandi dan melucuti semua pakaiannya. Ia merasa agak terbebaskan setelah mencopoti semua pakaiannya, terutama saat ia mencopot celananya. Ia memandangi kejantanannya yang sudah tegang dan menghela nafas. Sial, mau nggak mau dia harus main dengan tangannya sore itu. Nafsunya terpuaskan saat alat vitalnya mengeluarkan cairan putih hangat setelah berkali-kali dia mengelus bagian tubuh kesukaan kekasihnya itu dan membayangkan bahwa tangan yang mengelusnya bukanlah tangannya sendiri, melainkan tangan kekasihnya. Reita mendesah sambil menggumamkan nama kekasihnya, siapa lagi kalau bukan Ruki. Selesai memuaskan nafsunya, dia menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandinya. Ia menutup matanya dan mendongak, membiarkan butir-butir air yang jatuh dari showernya menghantam wajahnya. “Mobil sedan sialan!” umpatnya.
Kembali ke Reita yang sedang berbaring sambil melamun kejadian tadi sore. Dia sudah mencoba untuk melupakan kejadian itu dengan nonton film. Tapi dia malah jadi semakin ingat kejadian tadi sore gara-gara di film yang dia tonton ada adegan ciumannya. Mungkin dia perlu menuangkan pikirannya ini ke tulisan. Kata orang, menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan bisa membuat lega dan beban pikiran menjadi hilang. Jadi Reita memutuskan untuk menuangkan pikirannya itu ke blognya. Setelah kurang lebih 2 jam di depan laptopnya menyusun kata-kata yang ‘pas’ untuk di post di blognya, akhirnya Reita mengarahkan pointer ke button post dan mengkliknya.
Tapi Reita merasa masih ada perasaan mengganjal di hatinya. Sepertinya curhatannya di blog tadi tidak berguna, dia masih saja kepikiran adegan itu. Sejenak dia kepengen menjadi orang biasa, bisa bermesraan di publik dengan santainya. Bukan artis yang gerak-geriknya selalu diawasi. Emang sih kalau noseband-nya dicopot, make up less dan rambutnya tidak di-style, orang-orang di sekitarnya mungkin tidak akan mengenalinya sebagai Reita, bassist-nya the GazettE. Mungkin nggak bakal ketahuan kalau dia bermesraan ama kekasihnya di publik. Tapi kemungkinan besar yang akan ketahuan adalah kekasihnya, Ruki. Nggak mungkin kan Reita bermesraan dengan orang selain Ruki di publik, bisa-bisa dia dipecat jadi pacarnya Ruki. Reita benar-benar kepengen mengekspos kemesraannya dengan Ruki di publik, biar dunia tahu Ruki itu miliknya. Tapi itu nggak mungkin! Gandengan tangan aja jarang, apalagi ciuman.
Mungkin dia perlu memberitahu seseorang tentang pikirannya ini? Bisa jadi abis ngomongin pikirannya itu beban pikirannya jadi bener-bener ilang. Mungkin juga dia perlu ngomongin adegan hot tadi sore ke Ruki, sekalian kangen-kangenan. Emang sih mereka tadi ketemuan, tapi udah lama sekali rasanya mereka nggak bermesraan seperti pasangan di dalam mobil tadi sore. Tadi aja si Ruki cuma nyipok bentar sambil ngucapin ‘ohayou’ lalu pergi ngurus single baru mereka. Pas pulang pun Ruki udah ngilang buat meeting ama staff buat ngurusin overall design single mereka. Terpaksa deh Reita pulang tanpa ngasih salam perpisahan dulu buat Ruki tersayang.
Reita menghela nafas memikirkan sikap kekasihnya itu akhir-akhir ini. Memang sih Ruki itu selalu sibuk, ngurus ini, ngurus itu, interview ama photoshoot disana-sini, jadi Reita jarang bermesraan dengannya. Ditambah jadwal tournya malah diundur gara-gara gempa ama tsunami kemaren. Membuat kesempatan Reita bermesraan dengan Ruki di jok paling belakang bus tour jadi hilang. Dan terakhir kali mereka bercinta pun hampir 3 bulan yang lalu, pas ulang tahunnya Ruki. Nggak heran kalau kejadian tadi sore memenuhi pikirannya.
Tiba-tiba, Reita bangun dari posisi tidurnya. Ia tahu sekarang kenapa dia begitu kepikiran dengan kejadian tadi sore. Dia langsung menyambar hapenya yang tergeletak di dekat laptopnya, mencari-cari nomor telepon apartemennya Ruki karena speed dial miliknya nomor satu alias nomor hapenya Ruki nggak mungkin bisa dihubungi. Ruki baru saja kehilangan iPhone-nya sebulan yang lalu dan dia belum sempat untuk membeli yang baru lagi. Setelah menemukan apa yang dia cari, dia meletakkan handphone itu di kupingnya. Tak lama kemudian, teleponnya tersambung.
“Hello?”
“Ruttan, lagi sibuk nggak?”
“Nggak terlalu sih. Ada apa?”
“Aku kesana sekarang ya. Dah.”
Tanpa menunggu persetujuan dari Ruki, Reita langsung menutup teleponnya dan bergegas pergi ke apartemennya Ruki. Setelah mematikan laptopnya, ia menyambar jaket dan kunci motor serta kunci apartemennya kemudian langsung melarikan motor gedenya menuju apartemennya Ruki dengan kecepatan penuh. Dia nggak peduli bakal sakit gara-gara ngebut tengah malam seperti ini, yang terpenting sekarang adalah ia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya, Ruki.
」」」」」」」」」」」」」」」」
Ruki menatap gagang telepon dengan tatapan heran. Ada apa sih dengan si bodoh Reita, terlihat buru-buru sekali. Baru juga dia mau bilang nitip beliin sebungkus rokok, udah diputus aja teleponnya. Nggak biasanya juga dia begitu, apa dia ingin ngasih tahu sesuatu hal yang penting? Kalau dipikir-pikir, kekasihnya itu emang selalu begitu kalau punya sesuatu ide buat band mereka. Selalu dengan cepat ngasih tahu Ruki ataupun Kai tentang idenya itu, takut keburu ilang kalau nggak cepet-cepet dikasih tahu ke mereka katanya. Tapi biasanya, diomongin lewat telepon atau e-mail aja udah cukup. Apa dia mau nunjukin sesuatu ke Ruki? Hmm, bisa jadi. Ya udah lah, aku tungguin aja, pikir Ruki.
Setelah menutup telepon, Ruki kembali ke kamarnya dan meneruskan pekerjaannya. Saat Reita menelponnya tadi, dia sedang mengedit sesuatu di Macbook-nya sambil bermain dengan Koron, anjing Chihuahua kesayangan belahan jiwanya. Sepuluh menit kemudian, ia mendengar bel apartemennya berbunyi. Ruki mengerutkan dahinya. Tumben cepat sekali Reita sampai di Apartemennya, biasanya lima belas menitan. Apakah yang akan ditunjukkan Reita benar-benar penting? Dengan terburu-buru Ruki keluar dari kamar dan menuju ke pintu depan, mengintip dari lubang pintu untuk memastikan yang datang benar-benar kekasihnya. Begitu pintu dibuka oleh Ruki, Reita langsung masuk, memutar tubuhnya dan mendorong tubuh Ruki ke pintu sehingga pintu tertutup sempurna. Sedetik kemudian, bibir merah milik Ruki dilahap dengan penuh nafsu oleh bibir milik Reita. Karena kaget dengan ulah kekasihnya yang sangat tiba-tiba dan tidak diduganya, spontan Ruki mengangkat tangannya, menampar pipi Reita dengan cukup keras.
“Apa-apaan sih Rei! Dateng-dateng langsung maen cipok aja!” bentak Ruki tepat di muka Reita yang tampak menunjukkan mimik terluka. Reita mengalihkan pandangannya ke lantai kemudian menggigit bibirnya. Kenyataan bahwa Ruki telah menamparnya membuatnya terluka. Tadi di jalan, dia membayangkan kalau Ruki bakal terhanyut oleh ciumannya kemudian berlajut adegan di kamar. Bukan malah menamparnya.
“Gomen,” bisik Reita. Ruki menghela nafas dan menggeleng pelan melihat tingkah kekasihnya yang aneh itu. Tadi pagi saat ketemu di studio sih masih waras-waras aja, apa dia salah makan malam ini?
“Ke ruang tamu,” ucap Ruki dengan nada perintah. Tanpa disuruh dua kali, Reita langsung menuruti perintah kekasihnya itu. Reita berjalan menuju ruang tamu sedangkan Ruki ke dapur. Reita duduk di sofa hitam dan menatap TV flat yang tidak menyala di depannya, merenungi nasibnya yang sial. Sakit masih terasa di pipinya, dia yakin kalau tamparan Ruki tadi meninggalkan bekas tangan di pipinya. Ruki masuk ke ruang tamu sambil membawa segelas air putih, kemudian menyodorkan gelas itu ke arah Reita. Reita mengambil gelas itu, tapi tidak meminumnya. Malah meletakkannya di atas meja kayu berwarna coklat gelap di depannya. Ruki duduk di samping Reita, menatap Reita dengan pandangan heran dan sedikit kesal.
“Kamu salah makan ya hari ini?” tanya Ruki.
Reita hanya menggeleng lemah.
“Terus?”
“Blog.”
“Hah?”
“Baca blog-ku.”
Masih menatap Reita dengan heran, Ruki berdiri dan berjalan menuju kamarnya, mengambil laptop yang masih menyala di atas kasurnya. Setelah kembali ke ruang tamu, ia meletakkan laptop itu di meja kemudian menjalankan aplikasi web dan membuka blog milik Reita. Matanya mengamati isi blog dengan judul “the crime of words” itu. Ruki mengernyitkan dahinya ketika melihat subyek entri teratas yang hanya berupa tanda baca titik tiga buah. Kemudian dia membaca tulisan dibawahnya yang ditulis sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dia cekikikan sendiri saat membaca curhatan bodoh kekasihnya itu.
“Jadi gara-gara ini kamu dateng-dateng langsung nyipok aku?” ucap Ruki, masih dengan tawa kecilnya.
Reita memanyunkan bibirnya. Bukannya prihatin ama nasib sial (atau beruntung?)-nya hari ini, kekasih mungilnya itu malah menertawainya. Kali ini gentian dia yang merasa dongkol. “Itu gara-gara udah tiga bulan kamu nggak ngasih aku servis!”
Ruki berhenti tertawa, namun cengiran lebar masih terpampang di wajahnya yang imut. “Oooh, kamu kepengen?” godanya. Si Reita makin manyun digoda kayak gitu.
“Iya! Udah tau, pake nanya lagi,” ucap Reita kesal. Ia sempat kepikiran buat langsung nyerang si Ruki lagi, tapi nggak jadi. Tamparan yang tadi masih sakit euy.
Tiba-tiba Ruki mendekatkan kepalanya ke kepala Reita. Reita sedikit kaget, menatap Ruki yang memasang senyuman genit di bibirnya. Melihat itu rasa kesalnya langsung hilang. Dia ber-yes ria di dalem hati karena dia yakin bentar lagi Ruki pasti menciumnya.
“Tutup matamu,” perintah Ruki dengan nada yang menggairahkan di telinganya. Dengan senang hati Reita langsung menutup matanya. Hatinya berdegup sangat kencang. Kalau sudah pasang tampang genit kayak gitu, Ruki pasti akan menciumnya lebih hot dari pasangan yang ada di dalam mobil tadi. Asiiiik~.
Ruki menahan tawanya melihat Reita yang sangat patuh padanya hanya karena minta dicium. Dengan hati-hati, dia mengambil Koron, yang tadi mengikutinya saat mengambil laptop, kemudian menggendongnya dengan satu tangan. Tangan yang lain membelai lembut pipi Reita yang tidak tertutupi oleh noseband. Ruki bangkit dari duduknya dan meletakkan kedua lututnya diantara kedua paha milik Reita. Jari-jarinya yang lentik kini membelai bibir Reita. Sebenarnya dia juga ingin mencium Reita. Tapi melihat Reita yang terlihat sangat butuh belaian itu membuatnya ingin menggoda kekasihnya itu terlebih dahulu. Ruki mengangkat Koron dan mendekatkan kepalanya ke muka Reita. Koron, yang sudah menganggap Reita sebagai majikannya juga, langsung menjilati muka Reita.
Jantung Reita berdetak lebih cepat ketika ia merasakan jari-jari Ruki di bibirnya. Ia menciumi jari-jari itu dengan lembut. Kemudian ia merasakan hembusan hangat menerpa wajahnya, disusul dengan jilatan-jilatan hangat di bibirnya. Ah, Ruki pasti mau main nakal nih, pake jilat-jilat dulu, pikir Reita sambil cengar-cengir sendiri di dalam hatinya. Dengan senang hati Reita mulai membuka bibirnya agar Ruki bisa mengakses mulutnya lebih dalam. Tapi setelah beberapa jilatan ia merasa aneh. Lidah Ruki terasa lebih besar dan lebih kasar permukaannya. Rasanya juga aneh. Biasanya lidah Ruki itu lembut dan rasanya seperti rokok. Tapi kali ini kok rasanya seperti… makanan anjing? Nafas Ruki juga terlihat terengah-engah. Seperti… Reita membuka matanya yang langsung dikejutkan oleh sepasang mata hitam besar, muka berbulu, kuping yang mencuat, hidung berwarna hitam, dan lidah yang masih menjilati bibirnya.
“Guk!”
Reita mengerutkan keningnya. Kenapa ada Koron di depannya? Harusnya Ruki kan? Tiga detik kemudian Reita baru sadar bahwa yang daritadi menjilatinya adalah Koron.
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!
“HWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH!!!!!” Ruki langsung ngakak begitu melihat Reita sadar yang menjilatinya sedari tadi adalah Koron. Diletakkannya Koron di lantai sebelum Reita menganiaya anjing chihuahua kesayangan belahan jiwanya itu. Dia tertawa hebat sampai perutnya sakit. “Hahaha, bagaimana rasanya Rei-chan? Hmmpf.. Hahaha,” goda Ruki, di sela-sela tawanya sambil menyeka air mata gara-gara kebanyakan tertawa.
Reita sangat kesal karena sudah dikerjai oleh kekasihnya. Ia mendorong Ruki yang masih berada di pangkuannya dan langsung lari ke kamar mandi, mencuci mulutnya yang sudah dinodai oleh Koron. Untung Ruki itu kekasihnya, kalau bukan udah bonyok tuh pipi tembem.
“Harusnya tadi aku potret, terus aku masukin ke blogku. Mukamu lucu sekali Rei-chan, hahaha.”
Reita menoleh ke arah pintu kamar mandi, menatap Ruki, yang menyenderkan badannya di pintu, dengan kesal. “Shut up,” ucapnya kesal, sambil menyeka air di mulutnya.
“Make me. Tapi, cuci dulu mulutmu sampai benar-benar bersih, hahaha.” Ruki sebenarnya kasihan dengan kekasihnya itu, tapi ia tidak bisa berhenti ketawa mengingat kejadian tadi. Member the GazettE yang lain pasti juga akan tertawa terbahak-bahak saat ia menceritakan kejadian tadi kepada mereka besok pas di studio. Ruki yang masih cekikikan sendiri tidak menyadari bahwa Reita kini berjalan mendekatinya.
“Aack, Reita! Turunkan aku!” Dengan tiba-tiba, tubuh mungil Ruki diangkat oleh Reita dan digendong di atas bahunya. Ruki meronta tetapi Reita memeganginya dengan sangat erat. Reita membawanya masuk ke kamar tidurnya kemudian melemparnya di atas kasur. Kedua tangan Ruki langsung ditahan Reita agar ia tidak bisa kabur.
“Bodoh! Kamu mau apa!” Ruki masih meronta, tapi tubuhnya, yang ditindih oleh tubuh Reita yang lebih besar darinya, tidak dapat bergerak banyak.
Reita tersenyum menyeringai. Kesal dengan perbuatan kekasihnya tadi, dia berniat balas dendam ke Ruki. Dia meletakan tangan Ruki diatas kepalanya kemudian menahan kedua tangan itu dengan satu tangan. Tangannya yang lain menjangkau celananya, mencopot ikat pinggangnya. “Aku mau mengajakmu main kasar malam ini,” ucap Reita, masih memasang seringai nakalnya. Setelah ikat pinggangnya terlepas, ia mengikat kedua tangan Ruki dengan ikat pinggangnya itu agar Ruki tidak bisa menamparnya lagi.
Ruki membelalakan matanya. “Kita besok harus ke studio jam sepuluh Reita!” bentak Ruki, berusaha melepaskan diri dari Reita lebih kuat, namun apa daya dia kalah tenaga.
Selesai mengikat kedua tangan Ruki dengan ikatan yang lumayan erat, Reita kembali menatap Ruki. Tangannya membelai pipi Ruki lembut. “Masa bodoh. Ini salahmu sendiri karena sudah mengerjaiku barusan. Dan kau tahu kan akibatnya kalau mengerjaiku,” Reita menghentikan kata-katanya sebentar, tangan yang ada di pipi Ruki semakin lama semakin ke bawah, meraba-raba dada Ruki dan berhenti tepat di atas putingnya. Dengan tiba-tiba, Reita mencubit putingnya, membuat Ruki terlonjak kaget dan mengerang kesakitan sekaligus keenakan. “kau akan mendapatkan hukuman,” lanjut Reita sambil menjilati bibirnya, menatap Ruki yang semakin keras mengerang keenakan karena Reita mencubit sekaligus mempelintir putingnya. Reita merendahkan kepalanya, mendekatkan kepalanya tepat di telinga Ruki.
Ruki mendesah keenakan ketika Reita menjilati dan menciumi telinga dan lehernya. Reita tahu betul dia paling sensitif di bagian telinga dan lehernya. Dia masih mencoba meronta, tapi sentuhan-sentuhan yang diberikan Reita membuatnya hilang kendali. Sedikit-sedikit ia mulai pasrah diperlakukan Reita seperti itu. Salahnya sendiri juga sih, tadi pake ngerjain Reita. Ia yakin besok Kai dan member yang lain juga staff yang ikut bantuin mereka bakal ngomel-ngomel gara-gara dia dan Reita telat. Dia juga yakin, dia bakal nggak bisa jalan dengan bener besok. Nggak tahu deh kekasihnya ini bakal ngajak main berapa ronde.
“Kau tadi bertanya bagaimana rasanya dicium Koron kan?” perkataan Reita membuat Ruki membuka matanya, menatap Reita. Dia nggak sadar ternyata dari tadi ia menutup matanya. Tangan Reita kini kembali membelai pipinya. “Aku masih punya sisanya di mulutku. Mau coba?”
Ruki menatap Reita horror. Dia tahu betul makanan Koron itu baunya sangat menjijikan. Dan baru dua jam yang lalu ia memberi Koron makan malamnya. Sudah pasti bau itu menjalar ke mulut Reita.“Jangan coba-coba untuk menciumku dengan mulut itu Rei. Kau baru membasuhnya satu kali!”
“Ayolah Ruki, kau membiarkanku menciummu dengan mulut yang penuh dengan sperma-mu,” ucap Reita tanpa malu-malu, malahan Ruki yang malu mendengar ucapannya itu.
“I-itu beda, Rei!” bentak Ruki, semburat merah menghiasi pipi tembemnya. Reita baru akan mengucapkan sesuatu ketika gonggongan anjing menyelanya. Senyum Reita makin melebar melihat Koron yang baru saja masuk ke kamar Ruki.
“Tepat waktu sekali Koron-chan.” Ucapan Reita barusan membuat bulu kuduk Ruki merinding. Tangan yang tadinya membelai pipi Ruki kini beralih mengambil Koron yang berada di lantai kemudian mendekatkan kepala Koron ke wajah Ruki. Senyum Reita semakin lebar dan tatapan Ruki semakin horror.
“Waktunya menjilati mama, Koron-chan.”
“Guk!”
“NOOOOOOOOOOOOOOOOO~!!!”
」」」」」」」」 OWARI 」」」」」」」」
A/N: Endingnya aneh ga sih? ( ̄、 ̄;)Maklum, eke nulisnya jam 2 pagi… udah ngantuk, otak udah lemot…
Tapi ya biarlah~ hahahaha << contoh author ga jelas wwwww (  ̄▽ ̄)ノ
No comments:
Post a Comment