Wednesday, February 4, 2009

FF - SILENT MALICE CH 1

Title: SILENT MALICE
Chapters: 1/??
Genre: ANGST!!
Warnings: yaoi, character death, violence
Rating: PG untuk chapter ini
Pairings: Reita/Ruki
Disclaimer: All of they are mine!! MINE!! G dink….*pengennya sih*
Comments: terima kasih buat seseorang yang telah memberi gw ide buat nulis fic ini.



=3=3=3=3=3=

Deg.
Dia. Dia datang lagi. Rasa sakit itu.

Ruki menyandarkan badannya di depan etalase sebuah toko. Ia merasakan tubuhnya bergetar hebat dan berkeringat dingin. Nafasnya perlahan-lahan mulai tercekat. Ia menjatuhkan dirinya dan memegangi erat dadanya.

Sesak. Sakit.
Dada ini serasa ingin meletus. Aku tidak sanggup menahannya. Ya Tuhan, beri aku kekuatan. Sakit, sakit sekali. Seseorang, tolong aku.

Ruki merintih kesakitan dan terisak pelan. Untuk kesekian kalinya, penyakit sesak nafas yang dideritanya sejak kecil kambuh lagi. Ia meremas dadanya lebih erat. Mulutnya menganga berusaha menghirup udara di sekitarnya. Tapi setiap kali ia menghirup udara, dadanya serasa dililit. Air mata mengalir di pipinya menandakan betapa sakitnya rasa itu menyerangnya. Ia memandang sekitarnya, berusaha mencari pertolongan. Sepi. Meski ia berada di daerah pertokoan, namun saat ini sudah sangat larut sehingga beberapa toko sudah tutup dan membuat orang malas untuk keluar.

Pandangannya mulai kabur dan ia mulai kehabisan nafas. Tenaganya pun semakin melemah. Ia mengambil handphonenya dan berusaha menghubungi seseorang. Ia tidak boleh pingsan disini. Tidak boleh. Atau orang itu akan menemukannya dan juga kakaknya lalu membunuh mereka.

Belum sempat Ruki memencet tombol call, dia mulai kehilangan kesadarannya. Pandangannya sudah gelap, namun samar-samar dia masih dapat mendengar suara mobil yang berhenti di dekatnya dan suara langkah kaki mendekatinya.

"To... to..long a...ku"

Ia sedikit bersyukur, orang yang menolongnya bukan orang itu.

=3=3=3=3=3=

Ruki membuka pelan pelupuk matanya. Ia memandang langit-langit di ruangan itu dan berusaha mengingat kejadian semalam. Sedikit-sedikit ia mampu mengingatnya. Ia hendak ke toko 24 jam dan di tengah jalan penyakit sesak nafasnya kambuh sehingga membuatnya pingsan. Ia memegangi kepalanya yang agak pening. Sejenak ia merasakan sengatan di lengan kirinya saat menggerakkannya. Ia memandangi lengannya. Sebuah jarum infus tertancap di lengannya yang putih. Serta sebuah selang pernafasan diletakkan di depan hidungnya.

Dimana ini? Rumah sakitkah? Dimana handphoneku? Aku harus memberi tahunya keberadaanku dan keadaanku. Aku tidak boleh mencemaskannya.

Ckrek. Seseorang masuk ketika Ruki berusaha untuk bangun dan mencoba mencabut jarum infus di lengannya.

“Hey, hey! What are you doing?!” Ia melangkah cepat mendekati Ruki dan mencegah Ruki mencabut jarum infusnya. “Kau gila ya? Kau itu belum sembuh benar tau! Hideto-Sensei said that you must take a rest for a long time. You shouldn’t go anywhere except bathroom.”

“Huh? Who are you? And where’s my cellphone?” tanya Ruki. Ia mengerutkan dahinya dan memandang aneh pada laki-laki yang memegang pundaknya. Badannya cukup tegap dan tinggi. Rambutnya pirang. Pipinya agak memar dan ada sedikit darah kering di pinggir bibirnya. Keningnya tertutup oleh balutan perban. (Perhatian! Pas adegan ini reita g pke nusbennya)

Laki-laki itu melepaskan pegangannya dari pundak Ruki. “Oh, aku yang menemukanmu pingsan tadi malam. Namaku Re, eh Akira, Suzuki Akira. And, kau Matsumoto Takanori kan?” ujarnya, tidak mengacuhkan pertanyaan Ruki yang terakhir.

“Yes and where-is-my-cellphone?!” ucap ruki datar dan menekankan kata where-is-my-cellphone pada Reita. Ia sungguh butuh handphonenya untuk saat ini.

“Geez… stay calm man. Aku akan mengambilnya di ruang kerja Hideto-sensei, wait an hour, ‘kay?” Reita berjalan menuju ke pintu.

“What?! An hour? Aku butuhnya sekarang!” bentak Ruki padanya.

Reita terkikih melihat Ruki yang marah, “hahaha, just kidding boy, wait a minute ‘key? And don’t dare to go away or I’ll eat your cellphone.” Ujar Reita sesaat sebelum menutup pintu di ruangan itu.

Ruki menghela nafasnya dan mengangguk pelan, “yeah, yeah. Cepatlah...”. Ruki mengalihkan pandangannya dari pintu dan membaringkan kembali tubuhnya di ranjang. Arah pandangnya juga kembali mengarah ke langit-langit.

Geez, orang yang benar-benar aneh. Akira ya. A-ki-ra. Suzuki? Wait! Suzuki Akira! Dia orang yang satu kampus denganku kan?

Ruki kembali bangkit dan turun dari ranjangnya. Ia mencopot selang pernafasannya dan menarik serta infusnya saat ia berjalan menuju pintu.

Sial! Dia, dia ada hubungannya dengan orang itu! Aku tidak boleh berlama-lama di sini. Atau orang itu akan menemukanku. Aku harus kabur.

=3=3=3=3=3=

A/N: HUWAAAAAA!!! BDAY FIC BUAT RUKI KAGA SELESEIIII!!!! TTT^TTT
GATOT dah... *fuckin persami*
gomen, dikit banget... =_=a
CnC are loveeeeee~...^^

No comments: