Title: SILENT MALICE
Chapters: 1/??
Genre: ANGST!!
Warnings: yaoi, character death, violence
Rating: PG untuk chapter ini
Pairings: Reita/Ruki
Disclaimer: All of they are mine!! MINE!! G dink….*pengennya sih*
Comments: terima kasih buat seseorang yang telah memberi gw ide buat nulis fic ini.
=3=3=3=3=3=
Deg.
Dia. Dia datang lagi. Rasa sakit itu.
Ruki
menyandarkan badannya di depan etalase sebuah toko. Ia merasakan
tubuhnya bergetar hebat dan berkeringat dingin. Nafasnya perlahan-lahan
mulai tercekat. Ia menjatuhkan dirinya dan memegangi erat dadanya.
Sesak. Sakit.
Dada
ini serasa ingin meletus. Aku tidak sanggup menahannya. Ya Tuhan, beri
aku kekuatan. Sakit, sakit sekali. Seseorang, tolong aku.
Ruki
merintih kesakitan dan terisak pelan. Untuk kesekian kalinya, penyakit
sesak nafas yang dideritanya sejak kecil kambuh lagi. Ia meremas dadanya
lebih erat. Mulutnya menganga berusaha menghirup udara di sekitarnya.
Tapi setiap kali ia menghirup udara, dadanya serasa dililit. Air mata
mengalir di pipinya menandakan betapa sakitnya rasa itu menyerangnya. Ia
memandang sekitarnya, berusaha mencari pertolongan. Sepi. Meski ia
berada di daerah pertokoan, namun saat ini sudah sangat larut sehingga
beberapa toko sudah tutup dan membuat orang malas untuk keluar.
Pandangannya
mulai kabur dan ia mulai kehabisan nafas. Tenaganya pun semakin
melemah. Ia mengambil handphonenya dan berusaha menghubungi seseorang.
Ia tidak boleh pingsan disini. Tidak boleh. Atau orang itu akan
menemukannya dan juga kakaknya lalu membunuh mereka.
Belum sempat
Ruki memencet tombol call, dia mulai kehilangan kesadarannya.
Pandangannya sudah gelap, namun samar-samar dia masih dapat mendengar
suara mobil yang berhenti di dekatnya dan suara langkah kaki
mendekatinya.
"To... to..long a...ku"
Ia sedikit bersyukur, orang yang menolongnya bukan orang itu.
=3=3=3=3=3=
Ruki
membuka pelan pelupuk matanya. Ia memandang langit-langit di ruangan
itu dan berusaha mengingat kejadian semalam. Sedikit-sedikit ia mampu
mengingatnya. Ia hendak ke toko 24 jam dan di tengah jalan penyakit
sesak nafasnya kambuh sehingga membuatnya pingsan. Ia memegangi
kepalanya yang agak pening. Sejenak ia merasakan sengatan di lengan
kirinya saat menggerakkannya. Ia memandangi lengannya. Sebuah jarum
infus tertancap di lengannya yang putih. Serta sebuah selang pernafasan
diletakkan di depan hidungnya.
Dimana ini? Rumah sakitkah? Dimana
handphoneku? Aku harus memberi tahunya keberadaanku dan keadaanku. Aku
tidak boleh mencemaskannya.
Ckrek. Seseorang masuk ketika Ruki berusaha untuk bangun dan mencoba mencabut jarum infus di lengannya.
“Hey,
hey! What are you doing?!” Ia melangkah cepat mendekati Ruki dan
mencegah Ruki mencabut jarum infusnya. “Kau gila ya? Kau itu belum
sembuh benar tau! Hideto-Sensei said that you must take a rest for a
long time. You shouldn’t go anywhere except bathroom.”
“Huh? Who
are you? And where’s my cellphone?” tanya Ruki. Ia mengerutkan dahinya
dan memandang aneh pada laki-laki yang memegang pundaknya. Badannya
cukup tegap dan tinggi. Rambutnya pirang. Pipinya agak memar dan ada
sedikit darah kering di pinggir bibirnya. Keningnya tertutup oleh
balutan perban. (Perhatian! Pas adegan ini reita g pke nusbennya)
Laki-laki
itu melepaskan pegangannya dari pundak Ruki. “Oh, aku yang menemukanmu
pingsan tadi malam. Namaku Re, eh Akira, Suzuki Akira. And, kau
Matsumoto Takanori kan?” ujarnya, tidak mengacuhkan pertanyaan Ruki yang
terakhir.
“Yes and where-is-my-cellphone?!” ucap ruki datar dan
menekankan kata where-is-my-cellphone pada Reita. Ia sungguh butuh
handphonenya untuk saat ini.
“Geez… stay calm man. Aku akan mengambilnya di ruang kerja Hideto-sensei, wait an hour, ‘kay?” Reita berjalan menuju ke pintu.
“What?! An hour? Aku butuhnya sekarang!” bentak Ruki padanya.
Reita
terkikih melihat Ruki yang marah, “hahaha, just kidding boy, wait a
minute ‘key? And don’t dare to go away or I’ll eat your cellphone.” Ujar
Reita sesaat sebelum menutup pintu di ruangan itu.
Ruki menghela
nafasnya dan mengangguk pelan, “yeah, yeah. Cepatlah...”. Ruki
mengalihkan pandangannya dari pintu dan membaringkan kembali tubuhnya di
ranjang. Arah pandangnya juga kembali mengarah ke langit-langit.
Geez, orang yang benar-benar aneh. Akira ya. A-ki-ra. Suzuki? Wait! Suzuki Akira! Dia orang yang satu kampus denganku kan?
Ruki
kembali bangkit dan turun dari ranjangnya. Ia mencopot selang
pernafasannya dan menarik serta infusnya saat ia berjalan menuju pintu.
Sial!
Dia, dia ada hubungannya dengan orang itu! Aku tidak boleh berlama-lama
di sini. Atau orang itu akan menemukanku. Aku harus kabur.
=3=3=3=3=3=
A/N: HUWAAAAAA!!! BDAY FIC BUAT RUKI KAGA SELESEIIII!!!! TTT^TTT
GATOT dah... *fuckin persami*
gomen, dikit banget... =_=a
CnC are loveeeeee~...^^
No comments:
Post a Comment