Silent Malice 2
Chapters: 2/??
Authors: Chisa Hazuki
Genre: Angst
Warnings: yaoi, character death, violence
Rating: PG-13
Pairings: Reita/Ruki
Disclaimer: All of they are mine!! MINE!! G dink….*pengennya sih*
Comments: terima kasih buat seseorang yang telah memberi gw ide buat nulis fic ini.
=3=3=3=3=3=
“Oee!! Matsumoto!! Mau kemana kau!”
Ruki mempercepat langkahnya saat Reita menyadari bahwa dia kabur dan mengejarnya. Tidak peduli kepalanya yang makin pening atau nafasnya yang kembali tersendat, ia terus berlari mencari jalan keluar. Tiba-tiba saja ia terjatuh, nafasnya sudah tersenggal-senggal, ia sudah tidak sanggup berlari lagi. Dan sialnya, orang itu berhasil mengejar Ruki. Ruki mencoba bangun dan kabur lagi. Tetapi Reita mencegahnya.
“Le…lepas… hahh, lepas-kan aku… hahh…” pinta Ruki di sela-sela nafasnya yang tersendat. Ia mencoba melepaskan dirinya dari pegangan Reita meski tenaganya sedikit yang tersisa.
“Tidak! Kau belum sembuh dan sekarang kau makin parah. Ayo, kembalilah ke kamar!” Reita menarik Ruki kembali ke kamarnya. Namun Ruki tetap berusaha melepaskan diri dari Reita.
“Tidak mau, aku mau pulang, hahh…” erang ruki.
“TIDAK!!” bentak Reita, membuat Ruki menjadi semakin memberontak.
“Let me go!! Biarkan aku per…” kata-kata ruki terputus saat ia merasakan sesuatu yang hangat mendarat di bibirnya. Reita menciumnya. Bukan sekedar ciuman untuk menenangkan dirinya, tapi juga ciuman yang hangat dan lembut. Sejenak Ruki terbuai dibuatnya.
Setelah merasa Ruki cukup tenang, Reita melepaskan ciumannya. “Come on” Reita membopong tubuh Ruki yang mungil dan membawanya ke kamarnya.
Ruki yang agak kaget dengan perbuatan Reita barusan hanya sanggup diam dan melawan melalui perkataannya. “Leave me alone... let me go.... Tinggalkan aku… aku tidak mau, tidak mau…”
“Kau harus tetap disini sampai kau sembuh total,” ujar Reita saat mereka sampai di kamar Ruki dan meletakkannya di ranjangnya. “Ini handphone-mu. Akan kupanggilkan Hideto-sensei, kau jangan mencoba kabur lagi atau akan ku ikat tangan dan kakimu. Kali ini aku serius, Matsumoto!” Ruki tidak memperdulikan perkataan Reita dan mengambil handphonenya. Saat Reita keluar, ia mulai menghubungi seseorang.
=3=3=3=3=3=
“Matsumoto-san, kau harus banyak istirahat dan setidaknya harus di opname beberapa hari disini, kau belum boleh pulang,” ucap Hyde saat memeriksa keadaan Ruki. “Boleh aku minta alamat keluargamu? Mereka akan kuhubungi kalau kau menginap disini,” pinta Hyde. Reita berada di belakang Hyde mengamati mereka berdua.
“Tidak perlu, dia akan datang kesini sebentar lagi…” ujar Ruki dingin.
“eeh?” Hyde mengangkat salah satu alisnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Spontan, Hydedan Reita menoleh ke arah sumber suara. Seorang laki-laki yang cukup tinggi. Berambut hitam dengan sebuah piercing di bibirnya. “Permisi, emm, aku mau mengambil adikku,” ucap laki-laki itu, arah telunjuknya menuju ke arah Ruki.
“oh, Anda keluarganya Matsumoto-san? Dia belum boleh pulang sekarang, ia harus beristirahat beberapa hari disini,”
“Itu tidak perlu. Di rumah kami sudah ada dokter yang mengurusnya. Biaya administrasinya juga sudah saya lunasi. Terima kasih telah merawatnya,” Laki-laki itu menundukkan badannya pada Hyde.
“Hmm, baiklah kalau begitu, aku izinkan Matsumoto-san meninggalkan rumah sakit ini.” Hyde melepaskan selang pernafasan dan jarum infuse di tubuh Ruki dengan hati-hati.
”Saya permisi dulu,” ujar Hyde seraya berlalu. Ia baru beberapa langkah berjalan saat ia menoleh ke arah Ruki. “Oh, jangan mencoba kabur lagi, Matsumoto-san. Dan jaga kesehatanmu,” ucapnya sambil tersenyum. Ruki mengangguk pelan dan turun dari ranjangnya. Reita memandangi Ruki dengan tatapan agak kecewa. Di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih ingin Ruki tinggal beberapa hari di rumah sakit ini. Entah kenapa, ia merasa ada yang aneh pada dirinya saat bersama dengan Ruki.
“Oe, matsumoto, kau belum sembuh benar kan?” tanyanya saat Ruki mengambil baju ganti di meja sebelah ranjangnya. Ruki mengangkat sebelah alisnya.
“Aku bisa istirahat di rumah, di rumah, aku merasa lebih tenang. Thank you so much anyway,”
“Siapa dia Ru-chan?” tanya laki-laki yang hendak membawa pulang Ruki.
“Niichan, jangan panggil aku Ru-chan kalo diluar! Dia orang yang menolongku kemarin, dan juga teman sekampusku” Reita menundukkan badannya.
“Saya Suzuki Akira.”
“Oh, saya Matsumoto Yuu. Terima kasih telah menolong adikku,” Aoi balas menunduk pada Reita. Saat menegakkan badannya kembali dan bertatap muka dengan Reita, ia tersentak melihat kalung yang dipakai oleh Reita. Lambang itu. Tidak salah lagi. “Ka, kau… Ruki! Cepat ganti bajumu dan kita kabur dari sini!” teriak Aoi pada Ruki yang sedang berganti baju di kamar mandi.
Dengan cepat Ruki mengganti pakaiannya dan langsung diseret Aoi begitu keluar dari kamar mandi. Reita menatap bingung mereka berdua. “Hey, ada apa?”
Aoi tidak mengacuhkan pertanyaan Reita dan dengan terburu-buru menggandeng Ruki keluar dari rumah sakit itu. “Hey!!” Reita mengejarnya, tapi kali ini dia kehilangan jejak mereka. “Sial! Sebenarnya ada apa sih?”
Aneh. Orang itu seperti melihat setan saat melihatku. Dan juga, kenapa ia memangil Takanori dengan panggilan Ruki? Ru-ki? Sepertinya aku pernah dengar nama itu. Tapi dimana? Dimana?
“Hey, Reita, kenapa kau terengah-engah begitu? Kau masih terluka kan?” sapa Hyde yang hendak keluar menuju ke apotek depan rumah sakit, membuyarkan lamunan Reita.
“Oh, Sensei… hhmm, sensei, boleh aku bertanya satu hal? Kau tau soal Ru.. Ruki?” tanya Reita. Muka Hyde langsung tercengang kaget.
“Kau, dimana kau tau nama itu?” Hyde mengguncang tubuh Reita. Reita belum boleh tau jati dirinya yang asli. Soal keluarganya dan juga masa lalunya.
“Aku yakin sekali kau menyembunyikan sesuatu padaku Hideto-sensei! Katakan yang sebenarnya padaku sensei!” Reita membalas mengguncangkan tubuh Hyde yang mungil.
“Tidak! Aku sudah berjanji pada ayahmu. Aku tidak akan bilang, belum saatnya Rei,” Hyde menggelengkan kepalanya. Ia yakin bahwa Reita belum siap menerima kenyataan yang ada di dirinya. Tapi ia juga yakin bahwa Reita kelak akan mengetahuinya cepat atau lambat.
“Kumohon sensei, aku sudah besar,” pinta Reita.
“Tidak. Tidak bisa. Pulanglah. Luka-lukamu sudah selesai kuobati.”
“Sensei… Onegai…” pinta Reita, mencoba lebih memelas kepada hyde.
“Sekali tidak, tetap tidak,” Hyde tetap pada pendiriannya. “dimana kau tau soal Ruki?”
“Matsumoto Takanori. Dia Ruki”
“APA?!” Mata hyde membesar saking kagetnya dan mencengkeram lengan Reita. “Kenapa kau tidak bilang padaku sedari awal kalau dia itu Ruki!! Kenapa kau membiarkannya lepas hah!! Sial!! Brengsek!!” Hyde membentak Reita tepat di mukanya. Membuat beberapa pengunjung rumah sakit menoleh pada mereka karena kegaduhan yang mereka ciptakan. “Harusnya tadi kau tidak membiarkannya pergi begitu saja! Sh*it!”
“Mana ku tahu soal Ruki kalau kau juga tidak memberi tahuku sedari awal hah!” balas Reita sambil melepaskan cengkeraman Hyde. “Dan yang mengizinkan dia pergi bukankah kau hah? Beri tahu aku soal Ruki! Sekarang!”
Hyde menghembuskan nafas panjang, kali ini ia menyerah. Mungkin sudah saatnya ia menceritakan semuanya pada Reita. “Okay, but, don't mad at me… Ruki…” jeda yang cukup lama.
”He is… failed product.”
=3=3=3=3=3=
A/N: baaahh... makin membingungkan n makin gak jelaaaazzz...
pusink aye bikin ini fic di tengah2 laporan yang menumpuk.... =_='
g tau deh mau dikemanain neh fic... pusink....
hauhauhau...
CnC are loveeeeeee...~
Chapters: 2/??
Authors: Chisa Hazuki
Genre: Angst
Warnings: yaoi, character death, violence
Rating: PG-13
Pairings: Reita/Ruki
Disclaimer: All of they are mine!! MINE!! G dink….*pengennya sih*
Comments: terima kasih buat seseorang yang telah memberi gw ide buat nulis fic ini.
=3=3=3=3=3=
“Oee!! Matsumoto!! Mau kemana kau!”
Ruki mempercepat langkahnya saat Reita menyadari bahwa dia kabur dan mengejarnya. Tidak peduli kepalanya yang makin pening atau nafasnya yang kembali tersendat, ia terus berlari mencari jalan keluar. Tiba-tiba saja ia terjatuh, nafasnya sudah tersenggal-senggal, ia sudah tidak sanggup berlari lagi. Dan sialnya, orang itu berhasil mengejar Ruki. Ruki mencoba bangun dan kabur lagi. Tetapi Reita mencegahnya.
“Le…lepas… hahh, lepas-kan aku… hahh…” pinta Ruki di sela-sela nafasnya yang tersendat. Ia mencoba melepaskan dirinya dari pegangan Reita meski tenaganya sedikit yang tersisa.
“Tidak! Kau belum sembuh dan sekarang kau makin parah. Ayo, kembalilah ke kamar!” Reita menarik Ruki kembali ke kamarnya. Namun Ruki tetap berusaha melepaskan diri dari Reita.
“Tidak mau, aku mau pulang, hahh…” erang ruki.
“TIDAK!!” bentak Reita, membuat Ruki menjadi semakin memberontak.
“Let me go!! Biarkan aku per…” kata-kata ruki terputus saat ia merasakan sesuatu yang hangat mendarat di bibirnya. Reita menciumnya. Bukan sekedar ciuman untuk menenangkan dirinya, tapi juga ciuman yang hangat dan lembut. Sejenak Ruki terbuai dibuatnya.
Setelah merasa Ruki cukup tenang, Reita melepaskan ciumannya. “Come on” Reita membopong tubuh Ruki yang mungil dan membawanya ke kamarnya.
Ruki yang agak kaget dengan perbuatan Reita barusan hanya sanggup diam dan melawan melalui perkataannya. “Leave me alone... let me go.... Tinggalkan aku… aku tidak mau, tidak mau…”
“Kau harus tetap disini sampai kau sembuh total,” ujar Reita saat mereka sampai di kamar Ruki dan meletakkannya di ranjangnya. “Ini handphone-mu. Akan kupanggilkan Hideto-sensei, kau jangan mencoba kabur lagi atau akan ku ikat tangan dan kakimu. Kali ini aku serius, Matsumoto!” Ruki tidak memperdulikan perkataan Reita dan mengambil handphonenya. Saat Reita keluar, ia mulai menghubungi seseorang.
=3=3=3=3=3=
“Matsumoto-san, kau harus banyak istirahat dan setidaknya harus di opname beberapa hari disini, kau belum boleh pulang,” ucap Hyde saat memeriksa keadaan Ruki. “Boleh aku minta alamat keluargamu? Mereka akan kuhubungi kalau kau menginap disini,” pinta Hyde. Reita berada di belakang Hyde mengamati mereka berdua.
“Tidak perlu, dia akan datang kesini sebentar lagi…” ujar Ruki dingin.
“eeh?” Hyde mengangkat salah satu alisnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Spontan, Hydedan Reita menoleh ke arah sumber suara. Seorang laki-laki yang cukup tinggi. Berambut hitam dengan sebuah piercing di bibirnya. “Permisi, emm, aku mau mengambil adikku,” ucap laki-laki itu, arah telunjuknya menuju ke arah Ruki.
“oh, Anda keluarganya Matsumoto-san? Dia belum boleh pulang sekarang, ia harus beristirahat beberapa hari disini,”
“Itu tidak perlu. Di rumah kami sudah ada dokter yang mengurusnya. Biaya administrasinya juga sudah saya lunasi. Terima kasih telah merawatnya,” Laki-laki itu menundukkan badannya pada Hyde.
“Hmm, baiklah kalau begitu, aku izinkan Matsumoto-san meninggalkan rumah sakit ini.” Hyde melepaskan selang pernafasan dan jarum infuse di tubuh Ruki dengan hati-hati.
”Saya permisi dulu,” ujar Hyde seraya berlalu. Ia baru beberapa langkah berjalan saat ia menoleh ke arah Ruki. “Oh, jangan mencoba kabur lagi, Matsumoto-san. Dan jaga kesehatanmu,” ucapnya sambil tersenyum. Ruki mengangguk pelan dan turun dari ranjangnya. Reita memandangi Ruki dengan tatapan agak kecewa. Di lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih ingin Ruki tinggal beberapa hari di rumah sakit ini. Entah kenapa, ia merasa ada yang aneh pada dirinya saat bersama dengan Ruki.
“Oe, matsumoto, kau belum sembuh benar kan?” tanyanya saat Ruki mengambil baju ganti di meja sebelah ranjangnya. Ruki mengangkat sebelah alisnya.
“Aku bisa istirahat di rumah, di rumah, aku merasa lebih tenang. Thank you so much anyway,”
“Siapa dia Ru-chan?” tanya laki-laki yang hendak membawa pulang Ruki.
“Niichan, jangan panggil aku Ru-chan kalo diluar! Dia orang yang menolongku kemarin, dan juga teman sekampusku” Reita menundukkan badannya.
“Saya Suzuki Akira.”
“Oh, saya Matsumoto Yuu. Terima kasih telah menolong adikku,” Aoi balas menunduk pada Reita. Saat menegakkan badannya kembali dan bertatap muka dengan Reita, ia tersentak melihat kalung yang dipakai oleh Reita. Lambang itu. Tidak salah lagi. “Ka, kau… Ruki! Cepat ganti bajumu dan kita kabur dari sini!” teriak Aoi pada Ruki yang sedang berganti baju di kamar mandi.
Dengan cepat Ruki mengganti pakaiannya dan langsung diseret Aoi begitu keluar dari kamar mandi. Reita menatap bingung mereka berdua. “Hey, ada apa?”
Aoi tidak mengacuhkan pertanyaan Reita dan dengan terburu-buru menggandeng Ruki keluar dari rumah sakit itu. “Hey!!” Reita mengejarnya, tapi kali ini dia kehilangan jejak mereka. “Sial! Sebenarnya ada apa sih?”
Aneh. Orang itu seperti melihat setan saat melihatku. Dan juga, kenapa ia memangil Takanori dengan panggilan Ruki? Ru-ki? Sepertinya aku pernah dengar nama itu. Tapi dimana? Dimana?
“Hey, Reita, kenapa kau terengah-engah begitu? Kau masih terluka kan?” sapa Hyde yang hendak keluar menuju ke apotek depan rumah sakit, membuyarkan lamunan Reita.
“Oh, Sensei… hhmm, sensei, boleh aku bertanya satu hal? Kau tau soal Ru.. Ruki?” tanya Reita. Muka Hyde langsung tercengang kaget.
“Kau, dimana kau tau nama itu?” Hyde mengguncang tubuh Reita. Reita belum boleh tau jati dirinya yang asli. Soal keluarganya dan juga masa lalunya.
“Aku yakin sekali kau menyembunyikan sesuatu padaku Hideto-sensei! Katakan yang sebenarnya padaku sensei!” Reita membalas mengguncangkan tubuh Hyde yang mungil.
“Tidak! Aku sudah berjanji pada ayahmu. Aku tidak akan bilang, belum saatnya Rei,” Hyde menggelengkan kepalanya. Ia yakin bahwa Reita belum siap menerima kenyataan yang ada di dirinya. Tapi ia juga yakin bahwa Reita kelak akan mengetahuinya cepat atau lambat.
“Kumohon sensei, aku sudah besar,” pinta Reita.
“Tidak. Tidak bisa. Pulanglah. Luka-lukamu sudah selesai kuobati.”
“Sensei… Onegai…” pinta Reita, mencoba lebih memelas kepada hyde.
“Sekali tidak, tetap tidak,” Hyde tetap pada pendiriannya. “dimana kau tau soal Ruki?”
“Matsumoto Takanori. Dia Ruki”
“APA?!” Mata hyde membesar saking kagetnya dan mencengkeram lengan Reita. “Kenapa kau tidak bilang padaku sedari awal kalau dia itu Ruki!! Kenapa kau membiarkannya lepas hah!! Sial!! Brengsek!!” Hyde membentak Reita tepat di mukanya. Membuat beberapa pengunjung rumah sakit menoleh pada mereka karena kegaduhan yang mereka ciptakan. “Harusnya tadi kau tidak membiarkannya pergi begitu saja! Sh*it!”
“Mana ku tahu soal Ruki kalau kau juga tidak memberi tahuku sedari awal hah!” balas Reita sambil melepaskan cengkeraman Hyde. “Dan yang mengizinkan dia pergi bukankah kau hah? Beri tahu aku soal Ruki! Sekarang!”
Hyde menghembuskan nafas panjang, kali ini ia menyerah. Mungkin sudah saatnya ia menceritakan semuanya pada Reita. “Okay, but, don't mad at me… Ruki…” jeda yang cukup lama.
”He is… failed product.”
=3=3=3=3=3=
A/N: baaahh... makin membingungkan n makin gak jelaaaazzz...
pusink aye bikin ini fic di tengah2 laporan yang menumpuk.... =_='
g tau deh mau dikemanain neh fic... pusink....
hauhauhau...
CnC are loveeeeeee...~
No comments:
Post a Comment