Silent Malice 4
Chapters: 4/??
Authors: Chisa Hazuki
Genre: Angst -maybe-
Warnings: yaoi, character death, violence, mbingungi, ra jelas, mbundhed, marai utek puyeng... @.@
Rating: PG-13
Pairings: Reita/Ruki
Disclaimer: All of they are mine!! MINE!! G dink….*pengennya sih*
=3=3=3=3=3=
“He is… failed product.”
Reita terpaku dalam tempatnya berpijak. “Fa…failed product? What are you??”
“Sebaiknya
kita bahas ini di kantorku,” Kata-kata Reita terputus oleh Hyde yang
mengajaknya membicarakan masalah ini di kantornya. Reita memperhatikan
sekelilingnya. Benar juga, mereka berdua masih berada di depan pintu
masuk gedung rumah sakit yang cukup ramai dengan orang-orang
berlalu-lalang.
“Okay.” Ucap Reita menyetujui.
Hyde
mendengus pelan, ia menatap Reita tajam. Tampaknya Reita sudah siap
menerima kenyataan yang ada di dirinya, dan Ruki. “Hmm, okay… After you
hear this, don’t mad at me, Rei. Apa kau tahu soal penelitian ayahmu
15tahun yang lalu saat kau berumur 5tahun?” tanya Hyde, mulai membuka
semua rahasia yang selama ini ia dan beberapa teman penelitinya
sembunyikan.
Reita menggeleng pelan.
Hyde hanya tersenyum
tipis, kemudian ia melanjutkan lagi perkataannya, “Dan apa kau ingat
dengan bocah yang dulu sering bermain denganmu saat di Laboratorium? Kau
dan dia sangat akrab sekali.”
Reita mencoba mengingat-ingat masa
kecilnya saat dia berada di tempat kerja ayahnya. Disana, ia hanya
dekat dengan satu orang saja. Sebaya dengannya. Seorang anak lelaki
bertubuh lebih mungil darinya. Reita tidak ingat namanya. Anak itu,
selalu tersenyum imut padanya dan memanggil namanya lembut, Reita sangat
menyukai wajah bulatnya yang selalu bersemu merah. Mereka berdua sangat
akrab, tidak terpisahkan. Dan anak itu, memiliki seorang saudara
laki-laki yang lebih tua 10 tahun darinya. Reita juga cukup akrab dengan
kakaknya. Tapi semenjak terjadi kebakaran di laboratorium itu, mereka
terpisah. Ayahnya mengatakan bahwa anak itu dan kakaknya tewas dalam
kejadian itu. Entah kenapa, Reita tidak percaya pada omongan ayahnya
itu. Sejak saat itu selalu mencari-cari anak laki-laki itu, his first
love.
“Aku sangat ingat anak itu, tapi aku lupa namanya, kalo
tidak salah… Ta-, ta-… aku benar-benar lupa,” kata Reita. Hyde
mengerutkan keningnya.
“Ta-? Dia, namanya Ruki, dan ayahmu
berbohong soal dia sudah tewas. Sebenarnya dia masih hidup,” ucap Hyde.
Membuat Reita terbelalak kaget. Ruki, pantas saja dia tidak asing dengan
nama itu. Dulu, orang-orang di sekitarnya, tepatnya orang-orang dari
laboratorium itu, sering memanggil anak itu dengan nama Ruki. Tapi, dia
beda. Dia memanggilnya dengan sebutan lain karena hanya Reita seorang
yang diberi tau oleh anak itu tentang nama aslinya… Ta-. Dia berpikir
sejenak, orang yang baru saja kabur dari rumah sakit ini, Matsumoto
Takanori adalah Ruki. Matsumoto Takanori.
‘Taka-chan...’ Ya, panggilannya untuk anak itu. Taka-chan. Dan, anak itu ternyata masih hidup.
“Kenapa
kalian membohongiku?! Dan bukankah namanya Takanori?! Kenapa kalian
menyebutnya Ruki?!” Tanya Reita sedikit membentak pada Hyde. Reita tahu,
ini baru permulaan, maka ia tahan seluruh emosinya.
“Ya, nama
aslinya memang Takanori. Dulu marganya Shiroyama, tak kusangka dia
mengganti marganya dengan marga ibunya. Kami memanggilnya Ruki karena
itu adalah nama alter ego yang ditanamkan ditubuhnya. Seperti juga kau,
nama Reita adalah alter ego yang ditanamkan didalam dirimu. Sebenarnya
kami tak ingin kau dekat dengannya. Kau tau, kedua alter ego kalian
sama-sama haus akan kekerasan dan darah. Jika kedua alter ego kalian
bertemu, kemungkinan keduanya akan saling membunuh. Jika salah satu dari
kalian mati, maka begitu pula dengan alter ego didalamnya. Dan dilihat
dari fisik badan yang ditumpangi oleh alter ego itu, kau yang akan
menang, meski alter ego Ruki lebih kuat disbanding milikmu,”
“Tunggu, apa maksudmu? Alter ego?” Reita sedikit bingung dengan perkataan-perkataan Hyde barusan.
“Sepertinya
aku terlalu cepat. Oke, kau tau alasan yang sebenarnya kenapa kau hidup
di laboratorium itu? Yaitu sebagai objek percobaan,”
“Objek percobaan?” Reita semakin bingung.
“Ya, ayahmu sungguh gila. Merelakan istri dan anaknya dijadikan objek percobaan,”
“I…ibuku? Dan aku?” Reita benar-benar bingung dengan perkataan Hyde.
Hyde
menggangguk, “Ibumu tewas saat dijadikan percobaan pemasukkan alter
ego. Itu murni kesalahan ayahmu karena ayahmu berlebihan dalam
memasukkan dosis ke dalam tubuh ibumu. Ayahmu itu terlalu bersemangat.
Oh, kau sangat disayangi oleh ayahmu kan? Itu semata-mata karena alter
ego yang ada di dalam dirimu adalah alter ego pertama yang paling
sempurna,”
“Jadi, selama ini ayah berbohong? Ayah yang membunuh
ibu?” Reita meremas rambutnya dan menundukkan wajahnya. Ia sangat
terkejut mengetahui bahwa dirinya hanyalah objek percobaan bagi ayahnya
dan kenyataan ibunya tewas dijadikan objek percobaan pula oleh ayahnya.
“Ya, kau benar sekali,” ucap Hyde sambil menggangguk pelan. Ia tau Reita sangat shock dengan kenyataan ini.
“Dan kenapa kalian mencari Ruki?” tanya Reita, ia mengangkat wajahnya dan kembali memandangi Hyde dengan tatapan tajam.
“Ayahmu
ingin memindahkan alter ego Ruki ke tubuh orang lain. Kami tidak tau
ternyata Takanori memiliki penyakit di dalam tubuhnya. Penyakit itu
membuat kekuatan alter ego Ruki tidak bisa dimaksimalkan. Ayahmu
memutuskan untuk memindahkannya, dengan konsekuensi Takanori akan
meninggal. Ayahmu itu sungguh tidak peduli dengan nyawa orang lain.
Sehari sebelum perpindahan itu dilakukan, terjadilah kebakaran itu,”
ujar Hyde. Reita menggebrakkan meja kerja Hyde dan meraih kerah baju
Hyde. Amarahnya benar-benar meluap kali ini.
“Jadi, kau dan para peneliti brengsek itu mencari Taka untuk membunuhnya, hah?!” bentak Reita tepat di muka Hyde.
Hyde mencoba menenangkan Reita, menjaga agar alter ego Reita tidak keluar. “Tenang Rei, kita hanya memindahkan alter egonya.”
“Dan
membuatnya meninggal?! Itu sama saja dengan membunuhnya!! Akan kubunuh
kalian semua jika menyentuhnya barang semili pun!!” ancam Reita. Kini
kebenciannya terhadap ayahnya terkuak dan semakin memuncak.
“I’ve
told you before, don’t mad at me!!” Hyde balas membentak Reita. Reita
melepaskan kerah baju Hyde dan merasakan kepalanya pening. Ia memegang
kepalanya dan menjerit.
“Aaaaaaaaaaaaarrrrrrrrgghhh!!”
“Sial,
dia datang,” umpat Hyde. Ia bergegas mengambil obat bius di lacinya dan
menyuntikkannya ke lengan Reita yang agak memberontak. Belum selesai
Hyde menyuntikkannya, Reita melempar badan Hyde yang kecil mengenai meja
kerjanya. Hyde terjatuh dan merintih kesakitan. Reita melepaskan jarum
suntik yang tertancap di lengannya dengan kasar. Ia menendangi perut
Hyde kemudian mengambil kursi untuk dibantingnya ke tubuh Hyde. Hyde
berhasil mengelak. Dan obat itu sepertinya mulai bereaksi. Reita
kehilangan keseimbangannya dan pandangannya juga mulai kabur. Tubuhnya
yang kehilangan tenaga jatuh ke lantai.
Setelah merasa Reita
pingsan total, Hyde mencoba bangkit dan meraih telepon di meja kerjanya.
Ia memanggil beberapa asistennya untuk membantunya mengurusi Reita.
=3=3=3=3=3=
A/N: Gyaaaaa! Sambodi helep miiiii!!!
gw pusing bikin ini...
sebenere ide udah ada... tapi seret kluarnya.... TT^TT
*jedotin pala di pahane Ruki*
No comments:
Post a Comment