Title: I will *itu kalo dipanjangin*
Chapters: Oneshot
Authors: Chisa Hazuki
Genre: Romance
Warnings: gada, sangat kapten tsubasa sekaleeee...
Rating: PG wae lah
Pairings: Tora/Saga
Disclaimer: “MINE!!!” Maunya jerit keak gitu, hiks, nasib…
Note: ini gada hubungannya ama manga sport I'll karya Hiroyuki Asada, cuman sama judulnya doang....
NB (nambah): multi posting dimana-mana!
=3=3=3=3=3=
“KYAAA!
Tora-sama!!” pekik cewek-cewek histeris di lapangan sewaktu melihat
Tora menggiring bola dan mencetak gol. Mereka bersorak, berteriak,
loncat-loncat, jingrak-jingrak, melambaikan tangan ke Tora, bawa spanduk
bertuliskan “Tora is love”, pake baju dengan gambar wajahnya Tora,
histeris manggil-manggil nama Tora, gelundungan, cekek-cekek temennya,
etc. Cewek-cewek lebay itu ngaku sebagai fans-nya Tora.
Tora
sebenernya agak risih dengan keberadaan mereka. Padahal ini baru latian,
gimana pas pertandingan besok? Emang seh, Tora itu sang bintang
lapangan, ace-nya klub sepak bola yang terkenal ma 'tendangan macan'nya.
Ganteng, kaya, keren, pinter, jago olahraga, jago masak, jago apa aja
deh pokoknya. Tapi nggak mesti sehisteris gitu kan?
“Tor,
peliharaanmu berisik banget sih? Suruh diem gih,” Saga, salah satu
pemain tengah yang juga temen baiknya Tora, menyuruh tora membungkan
mulut-mulut fans-nya. Ia mengambil air mineral yang ada di sebelah
tempat duduknya Tora.
Tora yang lagi break di salah satu bangku
di tepi lapangan, cuma bisa mendengus kesal. “Tau ah, mereka sulit
dikendaliin, biarin aja, Kemarin gw baru mau ngomong, eh ada yg pingsan.
Gw deketin tuh gerombolan, ada juga yg mimisan, sulit pokoknya,” Tora
menyeka keringatnya. Aslinya sih byasa aja nyekanya, tapi beda di mata
para gadis penggemar Tora itu. Tora nyeka keringetnya di leher sangat
erotis, gitu menurut penglihatan mereka.
“Kyaaa!!!”
“Tuh,
mulai histeris lagi deh…” ujar Saga, menunjuk ke arah gerombolan
cewek-cewek yg sedari tadi ter-‘kyaa-kyaa’ dengan segala gerakan yang
dilakuin Tora. Setelah Tora selesei ngelap keringetnya, ia melepaskan
bajunya yang jg penuh dengan keringat.
“GYAAAA!!” Para cewek
makin histeris, padahal Tora baru setengah buka bajunya. Beberapa dari
cewek itu bahkan ada yang mimisan dan pingsan.
Mata Saga melebar
melihat situasi yg sangat aneh di depan matanya, “Wedew, bener apa kata
lo. Pake lagi baju lo n cepet masuk ruang ganti gih, sebelum korban
tambah banyak” perintah Saga. Tora pun cuma angguk-angguk n langsung
make balik bajunya. Pas lagi lari ke ruang ganti, taunya, kaki Tora
kesandung n ia terjerembab ke tanah. Saga segera membantunya berdiri dan
memapahnya.
“Lo itu ya, cerobohnya minta ampun. Nggak papa kan? Gw anter ke UKS yuk,” cemas Saga.
“Nggak pa-pa kok, tapi agak sakit juga, berdarah nih lutut gw,” rintih Tora pelan sambil megangin lututnya.
“Kyaaa!
TORA-SAMA~ jatuh!!” Duh makin histeris deh tu cewek-cewek ngeliet sang
pujaan hati terjatuh. Mereka berlari ke arah Tora. Bermaksud nolongin
tora gitu. Tapi malah kayak gajah yg baru aja dilepas dari kandangnya.
Spontan bikin Tora ma Saga langsung lari ketakutan.
“Huwaaaaa!! Laaaarriiii!!”
=3=3=3=3=3=
“Hosh…hosh…
Buset dah, gw benci banget ma cewek-cewek itu. Seumur idup, g mao dah
ngawinin mereka…” Tora menyeka keringat di dahinya yang mengalir semakin
deras.
“Elo seh, jadi orang tu mbok ya biasa-biasa aja! Jangan
luar biasa kayak gini. Lo tuh sebaeknya sekolah di SLB aja sana,” ujar
Saga kesal. Keringat di dahinya juga mengalir deras. Mereka kini barada
di belakang gedung sekolah.
“Lo kate gw buta? Tuli? Bisu? Salahin tu cewek-cewek yg ngejar-ngejar gw. Udah tau gw g suka cewek, masih aja pada ngejar,”
“Lo…lo g suka cewek? Sukanya co…cowok?” Saga tiba-tiba gugup begitu tau kalo Tora g doyan ma spesies wanita.
“Kalo
iya, kenapa? Mau jd pacar gw?” Tora ngedeketin wajahnya ke wajah Saga
dan megang dagunya. Spontan wajah Saga langsung memerah. Ia mengira Tora
mau cium dia, jadi dia nutup kedua matanya. Jantungnya berdetak sangat
kencang. “Fyuh…” Tora meniup wajah Saga yang memerah lalu tertawa,
“Hahaha, elo lucu Saga.”
“Sialan lo!” Saga menendang kaki Tora.
Tora mengaduh kesakitan. Ternyata bagian yang ditendang Saga tepat di
lutut yang luka akibat tersandung tadi. “Maaf, Tor. Sakit ya?”
“Ga
papa. Cuma licet kok,” Tora memeriksa tubuhnya yang luka selain di
lutut. Di siku ma di pipi kanannya ternyata juga ada, untung cuma licet,
g ampe berdarah-darah *halah*. Gada angin gada hujan gada petir, Saga
mendekatkan wajahnya ke Tora dan menjilat luka di pipi Tora. Tora
tersentak kaget. Begitu pula Saga. Ia menarik wajahnya dan langsung
buang muka. Mukanya blushing sampai ke kuping.
“Eh, eh, go…gomen.
Kata, kata mama gw, luka kalo dikasih air ludah bakal cepet sembuh, and
gw, gw kebiasaan jilatin luka gw,” ucapnya salah tingkah.
“Err…” Tora juga kayaknya kehilangan kata-kata. “Ta..tapi pake tangan bisa kan?” Mukanya juga blushing.
“Tangan gw kotor,” ucap Saga sambil nunjukin tangan-tangannya yang kotor. Tora hanya menggangguk pelan. “Oh, iya ya.”
Hening beberapa saat.
Saga
sangat malu sudah nglakuin hal kayak gitu ma orang yang disukainya.
Yup, Saga suka ma Tora. Makanya, dibela-belain mpe masuk ke klub sepak
bola juga. Akhirnya, dia bisa deket juga ma Tora and jadi sahabat
baiknya.
Tora, diem-diem juga seneng banget ‘dicium’ *tepatnya
sih dijilat* ma Saga kayak gitu. Soal dia g doyan ma cewek emang bener.
Coz dia udah naruh perhatian ma Saga, sahabatnya di klub sepak bola.
Menurutnya, Saga itu lebih baik ketimbang cewek-cewek yang ada di
sekolah ini, terutama yang ngejar-ngejar dia. Dan tentunya, Saga itu
keliatan lebih cantik dari mereka.
Karena udah sekitar 15menitan
diem-dieman, akhirnya Tora angkat bicara. “Saga, anterin gw ke UKS yuk,”
ujarnya, memecah atmosfer keheningan di antara keduanya.
“Eh, iya. Gw lupa ma tujuan awal kita. Yuk, bisa berdiri?” ucap Saga. Ia menyodorkan tangannya, membantu Tora berdiri.
“Gw bisa kok, buktinya tadi masih bisa lari,” Tora tersenyum.
“Ehehehe, iya juga ya?” Saga garuk-garuk kepalanya yang ga gatel. Ia cuma cengar-cengir nggak jelas.
“Yuk,”
ajak Tora. Ia menggenggam tangan Saga dan menuntunnya berjalan ke UKS.
Muka Saga lagi-lagi langsung blushing. Diam-diam, cengirannya makin
melebar. *makin mirip ma joker -w-'*
=3=3=3=3=3=
“Permisi,”
Tora dan Saga memasuki ruangan UKS. Seorang dokter di UKS itu sudah
bersiap-siap mau pulang. “Oh, Tora? Saga? Ada apa?” ucapnya. Ia
meletakkan tasnya dan berjalan mendekati Tora ma Saga.
“Cuma
licet kok, tadi jatuh. Nao-sensei udah mau pulang?” jelas Tora,
menunjukkan sikut ma lututnya yang berdarah. Nao memperhatikan luka
Tora, menyuruh Tora duduk lalu mengambil kotak p3k di lemari obatnya.
“Iya, tadi ditelpon, katanya saudara dari Kyoto datang,” ucap nao. Ia membuka kotak p3k-nya.
“Sensei
pulang aja, biar aku yang ngurus macan satu ini,” ucap Saga, disusul
senggolan sikut maut di perutnya. Tentunya dari Tora yang dibilang
macan.
Nao berpikir sejenak, “Oke deh, lagian ini kan cuma luka
ringan.” Ia bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tasnya. “Gw
tinggal ya, Tor? Ga?” ucapnya sebelum meninggalkan ruangan itu.
“Yup, hati-hati sensei” ucap Tora ma Saga hampir barengan.
Saga
mengambil obat merah dan kapas di kotak p3k itu. Ia mengobati luka tora
dengan hati-hati. “Perih nggak, Tor? Kalo sakit, ngomong aja,” ujar
Saga setelah selesai mengobati lutut Tora dan beralih ke sikut Tora.
“Nggak
kok, cuma luka kayak gini juga,” kata Tora, mengamati gerakan Saga yang
mengobatinya dengan lembut. Ketika Saga mau beralih ke pipinya, Tora
megang tangan Saga. “Yang pipi, jilat lagi dong,” ucapnya sambil
nunjukin pipinya ke muka Saga. Saga langsung blushing.
“Baka!” Ia menempeleng kepala Tora. Tora hanya ketawa lagi.
“Hahaha,
yang pipi ga usah, kan udah diobatin tadi,” godanya. Saga cuman
cemberut. Ia mengembalikan peralatan ke kotak p3k dengan buru-buru dan
meletakkannya di lemari obat. Tanpa memperdulikan Tora, ia langsung
berjalan ke luar ruangan.
“Hey, mau kemana?” cegah Tora, ia menarik tangan Saga.
“Mau ganti baju, trus pulang,” ucapnya datar, masih dengan muka cemberut.
“Marah
ya? Gw kan lagi sakit, papah dong,” pinta Tora, ia suka banget nggodain
Saga kayak gini. Menurutnya, mukanya Saga pas ngambek tu kawaii banget.
“Ha? Lo kan tadi bisa lari kayak macan ngamuk!” bentak Saga. Tora hanya cengar-cengir.
“Maksud
gw, bareng ganti baju ma pulangnya. Gitu aja kok marah sih,
Saga-sayang~,” godanya lagi. Sambil nowel-nowel dagu Saga kali ini.
“Diem
lu ah, dasar macan dudul!” Saga menyikut perut Tora dan berjalan menuju
ke ruang ganti klub Sepak bola. Sebenernya, ia seneng banget
ditowel-towel Tora kayak gitu.
“Hahaha, oe! Saga! Tungguin gw dong!”
=3=3=3=3=3=
“Ga, besok lu udah siap?” tanya Tora. Saga cuma mengernyitkan alisnya. Berpikir sejenak.
Besok? Oh iya, pertandingan final ngelawan sekolah Undercode!
“Siap
dong,” ucapnya sambil melepas kaosnya yang basah oleh keringat dan
melemparkannya ke keranjang baju kotor agar dicuci oleh manajernya
dengan kemeja sekolahnya. “Pokoknya besok kita harus menang! Untung
sekolah kita punya elo Tor,” kata Saga, menepuk pundak Tora. “Tapi, lo
masih bisa main kan? Luka lo?”
“Iya, ga papa, masih bisa main
kok. Tapi, meski punya gw, elo semua juga mesti berjuang, oke?” ujar
Tora, ia lagi make celana panjangnya dan ngencengin sabuknya.
“Pasti! Udah selesei gantinya?” Saga mengambil tas dan mengunci lokernya.
“Udah, pulang yuk,” ajak Tora.
Saga
menggangguk, lalu berjalan keluar berdampingan bareng Tora.
Pertandingan besok.mereka harus memenangkannya. Jika menang, maka
sekolah PSC sudah mempertahankan kemenangan selama lima kali
berturut-turut. Dan Saga, sudah bertekat akan berkata soal perasaannya
yang sebenarnya pada Tora.
Malamnya, Saga yang lagi asik-asik
baca majalah di kamarnya, dikagetkan dengan bunyi ponselnya. Ia melihat
siapa yang menelponnya dan menerima telpon itu. “Ya, ada apa Tor?”
Telepon dari Tora rupanya.
“Err, Ga... gw, gw... aduh, gimana
ngomongnya ya?” ucap Tora di seberang. Saga udah deg-degan ma blushing
sendiri. Apakah Tora mau mendahuluinya?
“Ngomong yang jelas dong, Tor. Ada apaan seh? Jangan bikin gw penasaran!” Saga gregetan.
“Tenang, tenang. Dengerin gw ya, err, gw... gw... kaki gw keseleo,”
“APAAAAA?!!!” teriak Saga, ga peduli kuping Tora bakal budeg dengernya. “Ja, jadi lo besok...?”
“Iya, g bisa ikut main,”
“Sekarang lo dimana?” tanya Saga sembari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.
“Rumah.” Setelah satu kata dari Tora itu, Saga menutup teleponnya dan mengendarai sepedanya menuju ke rumah Tora.
Sesampainya
di rumah Tora yang gede dan dibolehin masuk ma satpamnya, ia langsung
menuju ke kamar Tora. Maklum, Saga udah sering dateng ke rumahnya Tora,
jadi udah dianggap majikan sendiri ma pembantu-pembantunya Tora.
Ia membuka kamar Tora yang kebetulan lagi g dikunci, “Tor, lo g papa?!”
Tora
yang lagi dibalut kakinya oleh dua orang pembantunya, tersentak kaget.
“Saga? Cepet banget lo nyampe kemari. Gw ga papa kok,”
Saga
nyamperin Tora. Begitu melihat kaki Tora, ia langsung lemas tak berdaya
*halah*. “Ya tuhan, kok bisa Tor? Gimana ceritanya?”
“Tadi gw baru jalan-jalan di taman, trus anjing tetangga lepas, gw kejar tu doggie, eh, malah keseleo kaki gw,” jelas Tora.
Saga
mengacak-ngacak rambutnya, “Tor, lo itu ya, ganteng, kaya, keren,
pinter, jago olahraga, jago masak, jago apa aja. Tapi kok cerobohnya
minta ampun seeh? Duh, gimana besok pertandingannya...”
“Gw bakal
datang kok, tapi nonton, ga maen,” ucap Tora setelah selesei diperban
kakinya dan para pembantunya meninggalkan Tora ma Saga berdua di kamar.
“Pasti
lo di-voodoo ma anak-anak undercode tuh,” ucap saga sambil
manyun-manyunin bibirnya ma nowel-nowel kaki Tora yang keseleo.
“Kaki
gw jangan buat mainan, sakit tau,” kata Tora. Ia tarik tangan Saga yang
nowel-nowel kakinya. “Saga, lo gantiin gw ya? Pokoknya besok lo harus
menang! Menang buat gw! Oke?” pinta Tora sambil ngedekep dua tangan
Saga.
“Ha? Tapi gw...” ucap Saga bingung.
Tiba-tiba Tora
narik kepala Saga dan menempelkan bibirnya ma bibir Saga. Saga yang
awalnya kaget, perlahan-lahan mulai membalas ciuman dari Tora. Selang
berapa menit, Tora melepas ciumannya dan meluk Saga. “Gw percaya ma lo,
gw percaya ma kemampuan elo. Gw tau elo pasti bisa,” ucap Tora lembut di
kuping Saga.
Muka Saga sejak tadi sudah memerah. Ia mengangguk pelan, “Oke, gw pasti menang...buat lo.”
“Saga,
ta...tadi kiss buat nyemangatin elo, elo nggak marah kan?” tanya Tora,
ia takut kalo Saga tiba-tiba marah beneran dicium kayak gitu.
Saga menggeleng, “Nggak marah kok” ‘malah seneng banget’ pengennya ditambahin kayak gitu, tapi Saga malu ngomongnya.
“Err, elo jago nyium juga ya?” Tora masih sempat menggoda Saga.
Saga memukul pelan dada Tora, “Baka!”.
=3=3=3=3=3=
“Oke,”
Miyavi, sang kapten, mulai berbicara, mereka sedang membuat lingkaran,
memeluk lengan satu dengan yang lainnya, “meski kita g ada tora, kita
semua harus berjuang, PSC harus menang! Kita harus menang!”
“YEAAAH!!!
HIDUP PSC!! YEAH!!” teriak mereka, sambil menghentakkan badan. Mereka
mulai berhamburan di tengah lapangan dengan pandangan tajam. Aura
membunuh pun terlihat sekali di belakang mereka, terlihat berapi-api
*walaupun aslinya g kliatan*. Mereka siap bertarung dengan undercode,
musuh bebuyutan sekaligus teman PSC.
Disanalah mereka. Berdiri di
lapangan hijau, memandang lawannya dengan penuh hasrat membunuh.
Diiringi dengan background angin yang kencang dan petir menyambar di
sana-sini. *halah, lebay, klo ujan mlah g jd ntar tandingnya*.
Anak-anak
PSC berdiri berhadapan dengan anak-anak Undercode. Anak-anak PSC tau
Undercode memandang remeh mereka karena sang ace-nya PSC, Tora g ikut
maen. Sebelum pertandingan dimulai, mereka saling berjabatan dan diminta
bermain secara sportif oleh sang wasit, Hyde.
Kini, kedua kapten berpandangan. “Yo, Wacchi! Lama g ketemu,” sapa meev ama kaptennya undercode yang ternyata adalah Wataru.
“Yo
juga, Meev! Tatto lo makin banyak aja,” *masih SMA tattoan? Mbuh lah
=w=’* Wataru mengulurkan tangannya yang disambut oleh Miyavi. Hyde
mendekati mereka berdua dan berdiri tepat di antara keduanya. Dia
menunjuk Miyavi.
“Kepala,” kata Miyavi mantap.
“Oke, kalo
begitu kamu mata uang,” ujar Hyde sambil menunjuk ke arah Wataru. Wataru
mengangguk. Hyde melemparkan koin yang dibawanya ke atas. Setelah
menyentuh tanah, posisi kepala menghadap ke atas.
“Tampaknya hari ini keberuntungan berpihak pada kami, Wacchi,” ujar miyavi.
“Ya, liat saja nanti,” balas Wataru.
Mereka
bersiap di posisi masing-masing. Wasit Hyde meniup peluitnya. Penonton
bersorak riuh, meski para cewek fans-nya Tora mengeluh karena sang
pujaan hati mereka g ikut maen. Mereka mendukung para pemain PSC dengan
ogah-ogahan dan mengibarkan bendera kebangsaan, Tora-sama dengan lesu.
Pertandingan
dimulai. *Ya pada tau sendiri kan, pertandingan sepak bola itu kayak
apa, chisa cepetin aja ato bayangin aja kayak nonton Tsubasa*
Pertandingan
sudah memasuki babak kedua dan berada di menit-menit terakhir.
Kedudukan sementara 2-2. Anak-anak PSC ma Undercode sudah keliatan
kehabisan tenaga. Mereka benar-benar berjuang mati-matian.
Saga
mengelap peluh yang membasahi dahinya. Keringetnya udah membasahi
seluruh seragam sepak bolanya. Nafasnya pun udah ngos-ngosan.
Gw harus masukin bolanya! Gw harus menang! Tidak, PSC harus menang!, tekadnya.
Ia
dioperi bola oleh Shou dan langsung menggiringnya menuju ke daerah
lawan. Satu per satu ia lewati lawan yang menghalanginya dengan berbagai
cara. Mulai dari Jyui yang nyegat dia sambil nowel-nowel pahanya Saga,
tampaknya selain tanding bola, dia berniat tanding paha sapa yang paling
mulus. Trus Shun yang monyongin bibirnya berniat nge-shun Saga, ampe
Wataru yang dikira mirip Ruki, sampe Saga mau ngoperin bolanya ke dia.
Untung dia nyadar kalo Ruki itu lebih pendek ma gembul. *buagh, dibogem
Ruki*
Ia sudah berada sekitar 5 meter dari gawang, namun dicegat
oleh Tomoyuki. Saga harus mengoperkan bolanya, kalo tidak maka lawan
akan merebutnya dan waktu semakin mepet. Sepertinya anak-anak Undercode
memilih pinalty untuk menentukan pertandingan ini.
Tiba-tiba Saga
melihat Reita berlari mendekati gawang dan bebas, Saga mencari
kesempatan untuk mengoperkan bolanya pada Reita. Waktu tinggal beberapa
detik lagi *wesyeh, Tsubasa banget*, dan Saga berhasil mengoperkan
bolanya pada Reita. Bola melampung ke arah Reita dan dengan sigap reita
menyundul bola itu dengan [s]idungnya *makin pesek deh*[/s] kepalanya
dan GOLLL!!! Sang kiper, Rame-chuu tidak berhasil menangkap bola yang
disundul oleh Reita karena tersrimpet roknya saat berlari mau nangkep
bola *lhoh, mang maen bola pake rok? lol*.
Anak-anak PSC bersorak
gembira. Reita langsung dikerumuni anak-anak PSC lainnya. Mereka saling
berpelukan, berciuman, ber’gitu’an *hah?*, pokoknya mereka bersuka ria.
Anak-anak Undercode langsung lesu.
Saga menghampiri Tora yang
ngliat dari bangku pemain cadangan, coz kalo di bangku penonton takutnya
malah di grepe-grepe ma fans-nya. Tora langsung meluk Saga begitu Saga
nyampe di tempatnya berdiri.
“Gw bisa Tor! Kita menang!” pekiknya senang.
“Ya, gw tau kalian semua pasti bisa! Kerja sama yang bagus Saga!” Tora mengacak-acak rambut Saga.
Cewek-cewek
fans-nya Tora, melihat Tora ma Saga berpelukkan, terbakar api cemburu
*halah*. Mereka menghampiri Tora ma Saga, dan menjauhkan Saga dari Tora.
Saga cuma bingung tiba-tiba ditarik-tarik kyak gitu. Sedangkan Tora,
dikerumuni oleh cewek-cewek fans-nya itu. Mereka menanyai Tora kenapa
nggak ikut maen di final kali ini. Nggak cuman tanya, tapi mereka mulai
megang-megang Tora, narik-narik bajunya. Tora yang udah risih dan nggak
tahan ama mereka, berusaha melepaskan diri.
“Gw ga suka cara kalian kalo kayak gini!” bentak Tora akhirnya.
“Tapi kita semua suka elo Tor,” balas cewek-cewek itu. Duh, emang sulit diomongin deh ni cewek-cewek.
Akhirnya
Tora bisa nglepasin dirinya dari gerombolan cewek-cewek itu dan
langsung nyari Saga. Saga yang masih bingung, kaget begitu tangannya
ditarik oleh Tora.
“Oke, gw udah bilang ke elo semua, gw nggak
suka cewek, gw itu sukanya cowok! Dan Saga, dia pacar gw!” bentak Tora
ke arah cewek-cewek fans-nya, tampaknya dia udah bener-bener kesel ma
cewek-cewek tu.
“Kita nggak percaya! Buktiin!” cewek-cewek itu kembali membalas bentakan dari Tora.
“Oke!!”
Tanpa basa-basi lagi, Tora langsung nyosor bibirnya Saga. Saga yang
ketagihan ciumannya Tora semalem, membalas ciumannya Tora penuh nafsu.
Gara-gara itu, Tora juga makin bernafsu nyium Saga. Mereka mulai mainin
lidah masing-masing, saling baku hantam satu dengan yang lainnya
*halah*. Cewek-cewek itu cuman bisa mangap selebar-lebarnya. Mata mereka
pun kayak hampir copot dari tempatnya. Orang-orang sekitar yang juga
liat kejadian itu ikut-ikutan mlototin matanya.
Tora nglepasin ciumannya dan memandang ke arah fans-nya, “Puas? Perlu bukti lebih?” tanyanya.
“Ng...nggak,
udah cukup. Ki, kita nyerah,” ucap pemimpin cewek-cewek itu. Mereka
lalu membubarkan diri dengan lesu. Belom nyampe 5meter mereka ninggalin
Tora ma Saga, tiba-tiba pemimpin itu berteriak pada teman-temaannya. “Eh
girls! Liat Reita pas nge-golin tadi ga? Keren banget nggak seh!” Belom
ada semenit patah hati gara-gara Tora, udah ada mangsa baru. Mereka pun
berlarian menghampiri Reita, “Reita-sama~!!”
Reita yang lagi
hura-hura ma anak-anak PSC, kaget begitu dikejar-kejar ma cewek-cewek
bekas fans-nya Tora. “Huwaaaaaa!” Reita langsung ambil langkah
seribunya.
Hiroto mendekati Tora ma Saga yang masih berpelukan dengan mesranya di pinggir lapangan.
“Hebat lo Tor, berani banget kalian,” tegurnya, mengagetkan Tora ma Saga, mereka langsung nglepasin pelukan masing-masing.
“So...soalnya, kalo nggak digituin, mereka bakal nge-rape gw,” ujar Tora.
Begitu
ngedenger alesan Tora nyium dia, Saga langsung nyadar kalo tadi dia
cuman dimanfaatin buat ngusir fans-nya Tora. Ia menampar wajah Tora,
“Elo jahat Tor, jadi elo cuma manfaatin gw? Gw kira elo beneran suka ma
gw,” ucap Saga sambil menahan tangisnya. Setelah ngucapin kata-kata itu,
ia langsung lari ninggalin Tora yang bengong karena tiba-tiba ditampar.
“Tora!” Hiroto memanggil tora yang masih bengong. Tidak ada reaksi sama sekali dari empunya nama.
“TORA!!” ulang Hiroto lebih keras. Masih tidak ada reaksi.
“MACAAANN!!!” treak Hiroto sambil nguncangin badannya Tora. Tora glagepan, “Hah, mana macannya? Mana?”
“Elo tuh macannya! Lagian lo itu dipangil-panggil kagak nyahut-nyahut, lo shock ditolak Saga?”
“Saga...”
Tora langsung lemes, ia meluk Hiroto dan menangis di pundak Hiroto. “Gw
nggak berniat nyakitin dia, gw nggak berniat manfaatin dia, gw beneran
suka ma dia, hiks” *yeee, cemen deh Tora*
Hiroto mengelus punggung temannya, “Udah. Sekarang lo sebaiknya kejar dia, kayaknya dia marah besar tuh,”
“Oke,
makasih pon!” Tora langsung berlari ke arah Saga berlari tadi, nggak
peduli ma kakinya yang keseleo. Ia harus njelasin perasaan dia yang
sesungguhnya pada Saga.
Setelah mencari-cari Saga agak lama,
akhirnya Tora nemuin Saga lagi duduk di bawah pohon. Ia meluk kedua
kakinya dan kepalanya menunduk. Tora mendekatinya.
“Ga...” panggilnya.
“Tinggalin gw sendiri Tor,” ucap Saga pelan, ada isakan kecil di perkataannya.
“Maafin gw...”
“Nggak perlu minta maaf. Udah, tinggalin gw aja,” Saga masih menundukkan kepalanya.
Tora
yang udah mulai jengkel ma kelakuannya Saga, tiba-tiba memeluk Saga.
Saga yang kaget berusaha meronta melepaskan diri, tapi Tora memeluknya
dengan sangat erat.
“Lepasin gw, tinggalin gw, hiks” pinta Saga.
“Gw nggak akan nglepasin elo sebelum elo maafin gw. Gw nggak manfaatin lo, gw beneran suka lo, gw sayang ama lo, Ga,”
“Uso,” Saga nggak percaya gitu aja ma omongannya Tora.
Tora
nglepasin pelukanne dan megang erat lengannya Saga. “Liat mata gw! Apa
gw bohong! Aishiteru, Saga! Aishiteru, aishi...” Tora nundukin
kepalanya, menyembunyikan tangisnya.
“Uso,” Lagi-lagi kata itu,
Tora mengangkat kepalanya berusaha menjelaskan lagi kalo dia bener-bener
sayang ama Saga. Tapi yang di liatnya adalah Saga yang tersenyum manis.
“Bohong, kalo gw juga nggak suka ma lo, hehehe.”
“Jadi, lo...”
“I
love you too, Tora,” ucap Saga. “Tadi gw nggak marah-marah banget kok,
tapi coba nggodain elo aja, hihihi, ternyata elo lucu juga ya,”
“Saga, elo tu ya...” geram Tora. Ia mengepalkan tangannya.
“Elo marah Tor?” Saga cemas bercandanya sudah melebihi batas.
“Iya,
gw...” Tiba-tiba Tora meluk Saga, “seneng banget!!” Tora nglepasin
pelukannya dan monyongin bibirnya ke Saga, “Ga, cium lagi dong, elo
makin jago deh,” goda Tora.
“Bakayarou!” Saga menempeleng kepala Tora, disusul bibirnya yang mengecup bibir Tora hanya sekilas.
“Yah, kuraaaang...”
“Dasar macan mesum bodoh!”
=======OWARI=======
diz iz my first Toga's fic....
CnC pweeeaseee... *puppy eyes*
No comments:
Post a Comment