Sunday, April 5, 2009

Fanfic - Nausea Ch 2

Title: NauseaChapter: 2
Pairing: ReitaxRuki
Genre: ANGST!!
Ratings: PG-15
Warnings: Character death, drugs, violence, rape
Disclaimer: Ugh! I just own myself and the story… sadly…T.T
Notes: Ni fic terinspirasi pas denger lagunya gazette yang Without a Trace, nancep dalem banget di ati, bikin nangis T^T. Trus inspirasi laen dateng dr Vidklip Saosin yg Voices + fic punyanya Nyo ma Sasa Hime ma Chio juga. And I recommend you to listen to The GazettE – Without a Trace during read this fiction…




==Chapter 2==

Reita merapikan buku-bukunya dan memasukkan barang-barang itu ke dalam tasnya. Ia berjalan keluar dari ruang kelasnya. Materi kuliahnya hari ini benar-benar memuakkan. Menghitung naik-turunnya saham di beberapa perusahaan. Kepalanya serasa ingin meledak jika mengingat angka-angka tadi. Ia ingin segera sampai di rumahnya dan terlelap di kamarnya, melupakan angka-angka sialan itu.

Ayahnya benar-benar menyebalkan, memaksanya untuk mendalami dunia bisnis. Hanya karena Reita adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarganya dan yang paling berhak mewarisi perusahaan milik ayahnya. Reita menghentikan gerutuannya ketika ia baru saja keluar dari lift dan matanya menangkap sesosok tubuh berdiri di depan pintu apartemennya. Reita mendekati sosok yang tampak tidak asing itu.

“Ru… Ruki?” Reita menepuk pundak sosok itu pelan.

Ruki sedikit terperanjat dan langsung menoleh ke arah Reita. “Oh, ha..halo Rei,” ucapnya sedikit gugup.

“Kamu udah lama disini?”

Ruki menggeleng, “Aku baru aja mencet bel rumahmu. Baru pulang?”

“Ya, kuliah membosankan sekali. Oh, aku kan belum menghubungimu, ada apa? Ada yang ketinggalan? Ayo, masuk aja,” Reita membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan Ruki masuk.

“Nggak, aku kesini hanya ingin,,, membalas kebaikanmu kemarin. Um,,, mau..maukah kamu jalan-jalan denganku… sore ini?” Ucap Ruki terbata-bata, semakin gugup.

Reita menahan agar tidak tersenyum. Ia meletakkan satu tangannya di dagunya, pura-pura berpikir. “Hmm,,, let me see my demanding schedule…”

“Ka..kalo nggak bisa nggak apa-apa, lain waktu aja,” ucap Ruki sedikit kecewa dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan apartemen Reita.

Reita menarik tangan Ruki dan akhirnya tersenyum lebar, “Hehehe, sore ini aku longgar kok. Mau kemana Ruki-chan?”

Ruki mengernyitkan dahinya, “chan? Don’t use chan!”

“Ahahaha, because you’re so cute, Ruki-chan. Nee, kau mau bawa aku kemana, Ruki?”

“Hey, I’m not cute at all! Well, bagaimana kalo nonton film?”

“Okay. Kalau begitu, ayo pergi sekarang!”



“Aaa, kereen banget filmnya! Udah lama aku nggak nonton film seseru ini,” kata Ruki saat mereka keluar dari gedung bioskop. Reita berjalan di sampingnya, mimik mukanya terlihat shock berat.

“Rei, kau nggak apa-apa kan?”

“Ruki… kau aneh. Seru? Itu… film itu mengerikan!” ucap Rei sambil menutup mukanya dengan telapak tangannya.

“Kamu nggak suka Rei? Maaf, aku nggak tau kalo kamu nggak suka film horror.”

“Mengerikan dan… fantastik!” seru Reita tiba-tiba sambil membuka wajahnya dan tersenyum lebar.

“Sialan kau, aku ketipu lagi”

“Ahahaha, soalnya mukamu tuh imut banget Ruki~,” ucap Reita sambil mencubit kedua pipi Ruki.

“Auuw, udah kubilang aku nggak imut!” Ruki menyingkirkan tangan Reita dari pipinya.

“Dan pas kamu marah makin imut~, ehehehe”

Ruki menggembungkan pipinya, cemberut. “Aku nggak imut, aku keren!”

Senyum Reita semakin melebar melihat tingkah Ruki, “iya deh, keren… dan imut, hehehe”

“Aku nggak imut!”

Mereka melanjutkan perjalanan ke apartemen Reita sambil mengobrol dan sesekali bergurau. Seolah-olah mereka adalah teman yang sudah lama saling mengenal. Mereka merasakan kecocokan diantara keduanya. Tak terasa mereka sudah sampai di depan gedung apartemen Reita.

“Kau yakin nggak akan pingsan lagi Ru?” tanya Reita.

“Kemaren aku cuman belum makan aja. Sekarang mah, aku udah full” ucap Ruki sambil menepuk-nepuk perutnya.

“Hoo...hamil berapa bulan, mas?” Reita tersenyum. Sebuah tempelengan mendarat di kepalanya. Reita hanya tertawa. “Okay, aku yakin kau nggak apa-apa.”

Hening sejenak di antara keduanya. Ruki mengaruk-garuk bagian belakang kepalanya dan menggigit bibir bawahnya. “Umm, aku pulang dulu ya Rei,” Ruki sebenarnya tidak mau mengatakan hal itu. Ia ingin lebih lama bersama Reita. Tapi itu tidak mungkin.

“Oh, iya. Hati-hati, terima kasih untuk hari ini” ucap Reita. Ada sedikit nada kekecewaan di kata-katanya.

“Sampai jumpa, Rei,” Ruki tersenyum dan melangkahkan kakinya menjauhi Reita. Baru beberapa langkah ia berjalan, Reita memanggilnya.

“Tunggu, Ruki!”

Ruki membalikkan badannya dan menatap bingung Reita yang mengejarnya.

“Ya?”

“Umm…” Reita menggigit bibirnya, tampak gugup. “Ah! Ada UFO!”

“Hah? Mana?” Spontan Ruki menoleh ke arah yang ditunjuk Reita. Tiba-tiba saja Reita mencium pipi Ruki dan mengucapkan ‘Good night’ padanya lalu berlari memasuki gedung apartemennya. Ruki terpaku dalam pijakannya. Berusaha mencerna yang baru saja terjadi. Ia memegangi pipinya dan tersenyum. Kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju rumahnya.



“Hey, Ruki, semalem kamu kemana aja? Tumben nggak keliatan, kemaren malam juga,” ucap seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut kuning madu yang diikat ke belakang. Laki-laki itu duduk di samping Ruki dan meminum kembali vodka di tangannya.

Ruki yang sedang merokok menoleh kepadanya dan tersenyum. Kemudian menunjukkan luka di keningnya.

“Astaga, kamu dipukuli ayahmu lagi!?” Laki-laki itu membelai kening Ruki.

Ruki menggeleng, “Nggak. Kemaren malem aku pingsan di jalan dan terjatuh.”

“Oh, poor Ru-chan baby…” ucap laki-laki itu seraya memeluk tubuh Ruki dan terus membelainya seperti anak kecil.

“Stop caress my hair like that, Uruha. I’m not a child!”

“Ehehe, don’t be mad, babe.” Uruha melepaskan pelukannya. Ia memandang lagi Ruki. Pemuda itu tampak berbeda hari ini. Auranya lebih cerah dan mimik mukanya tidak seperti biasanya. “Ummm, Ruki, look at me.”

“Yea?” Ruki menoleh. Uruha memperhatikan lagi wajah Ruki.

Uruha tersenyum, “Ada suatu hal yang menyenangkan, iya kan?”

“Ha? Nggak, nggak ada kok,” Ruki mengelak, namun pipinya yang memerah semakin membuat Uruha penasaran.

“Come on Ruki. Kamu nggak bisa bohong ama aku. Pasti ada sesuatu, ayolah, ceritakan padaku.”

“Nggak mau ah! Nanti kamu rebut,”

“Oh, pasti cewek ya. Tapi kamu kan tau aku nggak doyan cewek Ru,”

“Dia cowok,”

“Ahaha, kamu ketularan aku juga ya akhirnya. Kenalin dong, Ru, ya? Please…”

“Aku kan udah bilang nggak mau! Lagian kamu kan udah punya Aoi. Sana urusin aja Aoi-mu itu,”

“Ruki gitu deh, pelit. Btw, kalo kamu sampe seneng kayak gini, berarti cowok ini pasti cakep, iya kan?” goda Uruha lagi. Muka ruki langsung memerah, Uruha tertawa melihatnya dan tidak henti-hentinya menggoda Ruki.

“Hahaha, mukamu lucu Ru, hahaha”

“STFU, uru baka!!”

==End of Chapter 2==
A/N: bisa dibilang sedikit fluff ya...-_-

komen...komen...
survei membuktikan bahwa komen dari anda 100% akan membuat saia semangat dalam mengerjakan fic ini...hehehe

No comments: