Author: chisa hazuki
Chapter: 3/??
Pairing: ReitaxRuki
Genre: ANGST!!
Ratings: PG-13 *maybe?*
Warnings: Character death, drugs, violence, rape
Disclaimer: Ugh! I just own myself and the story… sadly…T.T
Notes: Ni fic terinspirasi pas denger lagunya gazette yang Without a Trace, nancep dalem banget di ati, bikin nangis T^T. Trus inspirasi laen dateng dr Vidklip Saosin yg Voices + fic punyanya Nyo ma Sasa Hime ma Chio juga. And I recommend you to listen to The GazettE – Without a Trace during read this fiction…
==Chapter 3==
Malam berikutnya Ruki kembali mendatangi tempat teman-temannya berkumpul. Begitu sampai disana, ia merasakan kejanggalan. Sepi. Ia melirik jam di handphonenya. Pukul 11 malam. Biasanya mereka sudah berkumpul jam segini. Kemana mereka semua? Pikir Ruki. Ruki menghela nafas dan berbalik badan. Berniat meninggalkan tempat itu.
“Hey, Ruki!” panggil seorang pria. Ruki berhenti melangkahkan kakinya dan menoleh ke arah sumber suara. Pria dengan tinggi yang hampir sama dengan ruki itu menghampiri tempat Ruki berpijak.
“Hey, Kyo” balas Ruki. Pria yang dipanggilnya Kyo itu menyodorkan sebuah kotak pada Ruki. Meringis pada Ruki.
“Barang baru. Mau mencoba? Efeknya lebih lama dan rasanya lebih enak,” ucap Kyo antusias. Ruki sedikit mengeryitkan dahinya. Berpikir sejenak.
“Berapa?”
“Agak mahal dari yang kemaren. Coba dulu.” Kyo membuka kotak itu dan memperlihatkan sebuah bungkusan dari kertas. Ia membuka serta bungkusan itu. Ruki menengok ke dalam bungkusan yang dibuka oleh Kyo. Bubuk berwarna putih.
Ruki mencelupkan jari telunjuknya, mengambil sedikit bubuk itu dengan jarinya. Kemudian ia menjilat jarinya itu.
“Tetap aja pahit,” Ruki menjulurkan lidahnya. Kyo tertawa pelan.
“Tapi nggak terlalu pahit dari yang kemaren kan?” tanya Kyo, Ruki mengangguk menanggapinya.
“Mau pesan?” tanyanya lagi.
“Okelah. Tapi yang pil aja, aku nggak terlalu suka menghisapnya,” ucap Ruki. Kyo menyeringai lebar.
“Sip, besok aku bawain.” Ucap Kyo senang sambil menutup kembali kotak itu dan memasukkkannya ke dalam tas. “Duitnya ada kan?”
“Ada. Oh ya, Kyo, anak-anak pada kemana? Kok tumben sepi,”
“Hah? Kau belum tau?!” tanya Kyo kaget, ruki menaikkan sebelah alisnya. “Kemaren kaoru menang main mahjong, trus dia ngadain pesta minum di barnya sekarang,” jelasnya.
“He, benarkah?!” Kali ini gantian Ruki yang tersentak kaget. “Kaoru-kun?!”
“Iya, aku mau kesana, kau mau ikut?” ajaknya. Dengan antusias Ruki mengangguk.
“Tentu aja. Kapan lagi Kaoru-kun ngadain pesta minum kayak gini. Kesempatan langka! Aku mau minum sepuasnya!”
“Okay, let’s go!”
Ruki dan Kyo memasuki sebuah bar di pinggir kota. Bar yang cukup besar. Musik yang keras mengalun gila-gilaan, memekakkan telinga. Orang-orang di lantai dansa, bersama-sama menggoyangkan badannya menuruti irama lagu. Beberapa dari mereka berdansa sambil membawa minuman mereka. Ada pula yang mengekspos kemesraan dengan pasangannya masing-masing. Tidak memperdulikan keadaan yang ramai disekitarnya.
“Yo! Kyo! Ruki! Baru dateng?” seseorang menyapa mereka berdua. Seorang pemuda dengan kedua lengan penuh tattoo dan rambut yang berantakan. Salah satu tangannya membawa sebotol minuman keras.
“Hai, Kao-kun. Kau tampak senang,” sapa Ruki balik, tersenyum. Kyo juga hanya tersenyum.
“Hahaha, tentu saja dong. Silahkan sesuka kalian minum sampai matiiiii…hahaha” ucap Kaoru. Menepuk-nepuk pundak Ruki lalu meninggalkan mereka berdua.
“Ru, aku tinggal ya. Aku mau gabung ma Die-cs,” ucap Kyo. Menunjuk ke arah salah satu pojok bar itu. Beberapa orang terlihat heboh berlomba minum paling banyak.
Ruki menggangguk. Setelah Kyo pergi, ia juga harus mencari-cari keberadaan teman dekatnya, Uruha. Ia akhirnya menemukan Uruha, tertawa bersama kekasihnya, Aoi. Uruha melihatnya, ia melambaikan tangan padanya dan menyuruhnya mendekat.
“Nyaaa~, Ru-baby… kenapa baru dateeeng..” Uruha langsung memeluk Ruki dan mengelus-elus rambutnya begitu Ruki sampai di tempatnya.
“Argh, Uru. Lepasin, aku tidak mau dibunuh Aoi-kun,” Ruki mencoba lepas dari pelukan Uruha. Menunjuk Aoi yang tadi duduk di samping Uruha.
Uruha semakin mempererat pelukannya. Ruki menggapai-gapai tangannya pada Aoi. Meminta pertolongan.
Aoi hanya tertawa. “Ahahaha, Ruki, aku hanya akan membunuhmu kalo kau yang berani menyentuh dia,”
Uruha mengangguk. Ia melepaskan pelukannya dan membelai pipi Ruki. “Nah, Ru-baby, jadi aku boleh menyentuhmu, tapi kau nggak boleh menyentuhku, mau mencoba?”
“Hueee, kau jahat, Aoi-kun…” Ruki mewek. Membuat Uruha dan Aoi tertawa. Uruha mengajak Ruki duduk di sampingnya. Memberinya segelas penuh bir. Ruki meneguk pelan minuman itu.
“Nee, dia lucu kan?” ucap Uruha pada Aoi.
Aoi mengangguk dan tersenyum, “Ya, sangat.”
“Dan cute~…”
Perkataan Uruha barusan membuat Ruki sedikit tersedak. Ia memandang Uruha galak, “Aku nggak cute!!”
Bentakkan Ruki tersebut semakin membuat Uruha dan Aoi tertawa keras. Ruki cemberut. Ia teguk habis minumannya dan beranjak pergi.
“Aku pulang!”
“Ah, Ru-chan, kami hanya bercanda. Jangan pulang…” Uruha menarik tangan Ruki dan mendudukkannya kembali.
“Mana mungkin aku pulang seawal ini bodoh… Aku belum puas minum,” ucap Ruki, masih cemberut. Perkataan Ruki barusan membuat Uruha menyeringai lebar. Ia menuangkan lagi bir ke gelas milik Ruki sampai penuh.
“Oh, iya… Ru-chan, ada yang ingin aku kenalkan padamu,” kata Uruha. Sambil sesekali meneguk gelas yang berisi cairan vodka kesukaannya.
“Hah? Siapa?”
Uruha dan Aoi serempak menunjuk ke seorang pemuda yang tergeletak di samping Aoi. Pemuda berambut pirang itu menyembunyikan kepalanya di balik kedua lengannya yang kekar. Ruki menaikkan sebelah alisnya.
“Dia temanku yang baru pindah dari Kanagawa setahun yang lalu. Tumben sekali dia mau kuajak keluar minum. Biasanya nggak mau dan nolak abis-abisan. Katanya sih, dia lagi ada masalah dengan ayahnya dan orang yang disukainya. Kalo kau lihat tadi dia curhat sambil minum, benar-benar menggelikan, hihihi” jelas Aoi, sambil tertawa terkekeh pelan.
“Ya, lalu dia pingsan. Padahal baru minum dua gelas, hihihi” tambah Uruha, ikut terkekeh.
“Ya, dua gelas, dua gelas penuh Johny Walker! Hahaha,” Aoi dan Uruha kembali tertawa lepas. “Dia tidak tahan dengan alkohol, tapi berlagak sok keren dengan minum itu, hahaha” jelas Aoi, masih tertawa.
“Aoi-hunny, bangunkan dia.”
“Okay, my hime~…. Ready or not, hiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaa!!” Aoi mendorong pemuda itu hingga jatuh ke lantai. Setelah bunyi benturan, terdengar suara pemuda itu merintih kesakitan.
“Aaarggh, Itaiiii~… Sialan kau, Aoi…” umpatnya.
“Bangun noseless boy! Ada yang ingin ku kenalkan padamu,” kata Aoi sambil menarik tangan pemuda itu. Membantunya untuk bangkit.
Ruki yang sedang meneguk minumannya, menyemburkan minumannya ke arah Uruha begitu melihat pemuda yang duduk di samping Aoi muncul dari bawah meja.
“Ah, Ru-chan~, kau jorok~!” gerutu Uruha. Ia menarik jaket Ruki untuk mengelap mukanya dan terus menggerutu. Ruki tidak memperdulikan gerutuan Uruha. Ia hanya memandang tak percaya ke arah pemuda di samping Aoi.
“Re-i...ta?”
==End of Chapter 3==
Malam berikutnya Ruki kembali mendatangi tempat teman-temannya berkumpul. Begitu sampai disana, ia merasakan kejanggalan. Sepi. Ia melirik jam di handphonenya. Pukul 11 malam. Biasanya mereka sudah berkumpul jam segini. Kemana mereka semua? Pikir Ruki. Ruki menghela nafas dan berbalik badan. Berniat meninggalkan tempat itu.
“Hey, Ruki!” panggil seorang pria. Ruki berhenti melangkahkan kakinya dan menoleh ke arah sumber suara. Pria dengan tinggi yang hampir sama dengan ruki itu menghampiri tempat Ruki berpijak.
“Hey, Kyo” balas Ruki. Pria yang dipanggilnya Kyo itu menyodorkan sebuah kotak pada Ruki. Meringis pada Ruki.
“Barang baru. Mau mencoba? Efeknya lebih lama dan rasanya lebih enak,” ucap Kyo antusias. Ruki sedikit mengeryitkan dahinya. Berpikir sejenak.
“Berapa?”
“Agak mahal dari yang kemaren. Coba dulu.” Kyo membuka kotak itu dan memperlihatkan sebuah bungkusan dari kertas. Ia membuka serta bungkusan itu. Ruki menengok ke dalam bungkusan yang dibuka oleh Kyo. Bubuk berwarna putih.
Ruki mencelupkan jari telunjuknya, mengambil sedikit bubuk itu dengan jarinya. Kemudian ia menjilat jarinya itu.
“Tetap aja pahit,” Ruki menjulurkan lidahnya. Kyo tertawa pelan.
“Tapi nggak terlalu pahit dari yang kemaren kan?” tanya Kyo, Ruki mengangguk menanggapinya.
“Mau pesan?” tanyanya lagi.
“Okelah. Tapi yang pil aja, aku nggak terlalu suka menghisapnya,” ucap Ruki. Kyo menyeringai lebar.
“Sip, besok aku bawain.” Ucap Kyo senang sambil menutup kembali kotak itu dan memasukkkannya ke dalam tas. “Duitnya ada kan?”
“Ada. Oh ya, Kyo, anak-anak pada kemana? Kok tumben sepi,”
“Hah? Kau belum tau?!” tanya Kyo kaget, ruki menaikkan sebelah alisnya. “Kemaren kaoru menang main mahjong, trus dia ngadain pesta minum di barnya sekarang,” jelasnya.
“He, benarkah?!” Kali ini gantian Ruki yang tersentak kaget. “Kaoru-kun?!”
“Iya, aku mau kesana, kau mau ikut?” ajaknya. Dengan antusias Ruki mengangguk.
“Tentu aja. Kapan lagi Kaoru-kun ngadain pesta minum kayak gini. Kesempatan langka! Aku mau minum sepuasnya!”
“Okay, let’s go!”
Ruki dan Kyo memasuki sebuah bar di pinggir kota. Bar yang cukup besar. Musik yang keras mengalun gila-gilaan, memekakkan telinga. Orang-orang di lantai dansa, bersama-sama menggoyangkan badannya menuruti irama lagu. Beberapa dari mereka berdansa sambil membawa minuman mereka. Ada pula yang mengekspos kemesraan dengan pasangannya masing-masing. Tidak memperdulikan keadaan yang ramai disekitarnya.
“Yo! Kyo! Ruki! Baru dateng?” seseorang menyapa mereka berdua. Seorang pemuda dengan kedua lengan penuh tattoo dan rambut yang berantakan. Salah satu tangannya membawa sebotol minuman keras.
“Hai, Kao-kun. Kau tampak senang,” sapa Ruki balik, tersenyum. Kyo juga hanya tersenyum.
“Hahaha, tentu saja dong. Silahkan sesuka kalian minum sampai matiiiii…hahaha” ucap Kaoru. Menepuk-nepuk pundak Ruki lalu meninggalkan mereka berdua.
“Ru, aku tinggal ya. Aku mau gabung ma Die-cs,” ucap Kyo. Menunjuk ke arah salah satu pojok bar itu. Beberapa orang terlihat heboh berlomba minum paling banyak.
Ruki menggangguk. Setelah Kyo pergi, ia juga harus mencari-cari keberadaan teman dekatnya, Uruha. Ia akhirnya menemukan Uruha, tertawa bersama kekasihnya, Aoi. Uruha melihatnya, ia melambaikan tangan padanya dan menyuruhnya mendekat.
“Nyaaa~, Ru-baby… kenapa baru dateeeng..” Uruha langsung memeluk Ruki dan mengelus-elus rambutnya begitu Ruki sampai di tempatnya.
“Argh, Uru. Lepasin, aku tidak mau dibunuh Aoi-kun,” Ruki mencoba lepas dari pelukan Uruha. Menunjuk Aoi yang tadi duduk di samping Uruha.
Uruha semakin mempererat pelukannya. Ruki menggapai-gapai tangannya pada Aoi. Meminta pertolongan.
Aoi hanya tertawa. “Ahahaha, Ruki, aku hanya akan membunuhmu kalo kau yang berani menyentuh dia,”
Uruha mengangguk. Ia melepaskan pelukannya dan membelai pipi Ruki. “Nah, Ru-baby, jadi aku boleh menyentuhmu, tapi kau nggak boleh menyentuhku, mau mencoba?”
“Hueee, kau jahat, Aoi-kun…” Ruki mewek. Membuat Uruha dan Aoi tertawa. Uruha mengajak Ruki duduk di sampingnya. Memberinya segelas penuh bir. Ruki meneguk pelan minuman itu.
“Nee, dia lucu kan?” ucap Uruha pada Aoi.
Aoi mengangguk dan tersenyum, “Ya, sangat.”
“Dan cute~…”
Perkataan Uruha barusan membuat Ruki sedikit tersedak. Ia memandang Uruha galak, “Aku nggak cute!!”
Bentakkan Ruki tersebut semakin membuat Uruha dan Aoi tertawa keras. Ruki cemberut. Ia teguk habis minumannya dan beranjak pergi.
“Aku pulang!”
“Ah, Ru-chan, kami hanya bercanda. Jangan pulang…” Uruha menarik tangan Ruki dan mendudukkannya kembali.
“Mana mungkin aku pulang seawal ini bodoh… Aku belum puas minum,” ucap Ruki, masih cemberut. Perkataan Ruki barusan membuat Uruha menyeringai lebar. Ia menuangkan lagi bir ke gelas milik Ruki sampai penuh.
“Oh, iya… Ru-chan, ada yang ingin aku kenalkan padamu,” kata Uruha. Sambil sesekali meneguk gelas yang berisi cairan vodka kesukaannya.
“Hah? Siapa?”
Uruha dan Aoi serempak menunjuk ke seorang pemuda yang tergeletak di samping Aoi. Pemuda berambut pirang itu menyembunyikan kepalanya di balik kedua lengannya yang kekar. Ruki menaikkan sebelah alisnya.
“Dia temanku yang baru pindah dari Kanagawa setahun yang lalu. Tumben sekali dia mau kuajak keluar minum. Biasanya nggak mau dan nolak abis-abisan. Katanya sih, dia lagi ada masalah dengan ayahnya dan orang yang disukainya. Kalo kau lihat tadi dia curhat sambil minum, benar-benar menggelikan, hihihi” jelas Aoi, sambil tertawa terkekeh pelan.
“Ya, lalu dia pingsan. Padahal baru minum dua gelas, hihihi” tambah Uruha, ikut terkekeh.
“Ya, dua gelas, dua gelas penuh Johny Walker! Hahaha,” Aoi dan Uruha kembali tertawa lepas. “Dia tidak tahan dengan alkohol, tapi berlagak sok keren dengan minum itu, hahaha” jelas Aoi, masih tertawa.
“Aoi-hunny, bangunkan dia.”
“Okay, my hime~…. Ready or not, hiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaa!!” Aoi mendorong pemuda itu hingga jatuh ke lantai. Setelah bunyi benturan, terdengar suara pemuda itu merintih kesakitan.
“Aaarggh, Itaiiii~… Sialan kau, Aoi…” umpatnya.
“Bangun noseless boy! Ada yang ingin ku kenalkan padamu,” kata Aoi sambil menarik tangan pemuda itu. Membantunya untuk bangkit.
Ruki yang sedang meneguk minumannya, menyemburkan minumannya ke arah Uruha begitu melihat pemuda yang duduk di samping Aoi muncul dari bawah meja.
“Ah, Ru-chan~, kau jorok~!” gerutu Uruha. Ia menarik jaket Ruki untuk mengelap mukanya dan terus menggerutu. Ruki tidak memperdulikan gerutuan Uruha. Ia hanya memandang tak percaya ke arah pemuda di samping Aoi.
“Re-i...ta?”
==End of Chapter 3==
A/N: Gunyuuu~gunyuuu~... *tenggelam di lautan laporan yg menumpuk*
Mana badan gw sakit semua lagi...
adoh2, abis kecelakaan ma Suzuki Reitong... T^T
CnC are looooooveeee like always... =D
No comments:
Post a Comment